14

Peran Pemuda Untuk Penyelamatan Bumi

Aku adalah pecinta hujan. Karena guyuran airnya mampu menyegarkan bumiku yang kering. Tumbuhan kembali menghijau dan alam pun jadi semakin indah. Namun hujan ternyata tidak begitu diharapkan oleh orang-orang di lingkungan tempat tinggalku. Mengapa? Karena bagi mereka hujan adalah kerepotan dan pembuat gagal segala rencana. 

Ya, setiap kali hujan datang, terlebih yang intensitasnya tinggi, maka sebagian area komplek tempat tinggalku akan mengalami banjir. Meski banjir ini tidak separah banjir yang kerap melanda ibukota, namun genangan airnya kadang berhasil masuk ke area dalam rumah. Tidak banyak. Tetapi kerap bikin heboh penghuni komplek. 


Banjir di kompleks rumah. 
Dok. Pribadi

“Aduh airnya sudah masuk kerumah saya, nih.” “Ya Allah tolong hentikan hujannya.” “Itu tutup parit dibuka semua biar airnya ngalir.” Begitulah ungkapan warga saat air mulai naik ke rumah. Orang-orang tampak sibuk menghalau masuknya air. Ada yang sibuk mengganjal pintu rumah dengan tumpukan kain, ada yang meletakkan karung pasir di depan pintu, ada yang sibuk mengangkat sampah dari dalam got atau yang hanyut terbawa aliran air. 

Bisa dikatakan bahwa kondisi ini sudah menjadi langganan di kala hujan tiba. Sayangnya kebanyakan masih tidak mau peduli dengan sebab akibat mengapa ini terus berulang. Buktinya masih banyak yang suka membuang sampah sembarangan. Bahkan sengaja memasukkan sampah ke dalam saluran pembuangan air. Parahnya kadang sengaja membuang di area selokan rumah orang. Miris, bukan? 

Aku yakin mereka sudah sangat paham kalau membuang sampah sembarangan itu adalah tindakan tidak baik. Dan membuang sampah ke dalam selokan itu bisa mengakibatkan air tidak lancar mengalir, yang artinya saat hujan tiba, maka jalan air akan terhambat dan terjadilah banjir. 

“Abai” adalah kata yang tepat bagi mereka. Andai saja mereka mau lebih peduli dengan lingkungan dan kebersihannya, pasti masalah kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan lingkungan lainnya akan lebih mudah diatasi. Hasilnya, penghuni bumi pun akan hidup lebih nyaman dan aman. 


Ilustrasi pribadi

Jujur, aku sangat kesal dengan sikap mereka yang abai ini. Mereka kerap mengeluh saat banjir, tapi enggan mengubah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Mungkin masalah banjir di tempat tinggalku ini bukanlah hal yang besar. Namun sadarkah kita bahwa perilaku buruk ini bisa berdampak besar jika terus dipelihara. 

Masalah kerusakan lingkungan dan akibat yang disebabkannya telah lama menjadi masalah yang tak kunjung usai. Bukan hanya tentang sampah atau banjir saja, tapi masalah yang lebih besar lagi, yang disebabkan oleh sikap egois manusia, yaitu terancamnya eksistensi hutan dan kehidupan yang bergantung padanya. Untuk itu kita harus bergerak aktif dalam upaya menyelamatkan lingkungan dan hutan. 

Peran Pemuda Dalam Upaya Penyelamatan Bumi

Betapa senangnya aku ketika terpilih sebagai satu dari 30 blogger untuk ikut dalam event I Love Indonesia Gathering Golongan Hutan dan Blogger Perempuan, pada tanggal 8 januari 2021. Event online yang membahas tentang penyelamatan lingkungan dan hutan Indonesia ini menghadirkan 3 pembicara yaitu, Edo Rakhman (Koordinator Golongan Hutan), Anindya Kusuma Putri (Putri Indonesia 2015, Aktris, dan Influencer), dan Syaharani (Komunitas Jeda iklim). 

Dari penjelasan mereka, aku menemukan fakta menarik. Ternyata anak muda sangat concern terkait isu lingkungan dan krisis iklim yang terjadi sekarang. Untuk itulah peran serta mereka pun harus diberi ruang lebih besar, agar apa yang mereka resahkan tentang kondisi bumi ini bisa segera teratasi. 

Mengapa Anak Muda?

Edo Rakhman yang menjadi pembicara pertama menyinggung kembali tentang peran pemimpin. Hal ini juga berkaitan dengan alasan diadakannya lomba blog betema “Andai Aku jadi pemimpin, Apa Yang Akan Aku Lakukan Untuk Indonesia” pada November 2020 lalu. 

Edo mengatakan bahwa seorang pemimpin itu haruslah adil, yakni adil dalam artian juga memikirkan keberlangsungan hidup generasi mendatang. Tidak mengeksploitasi seluruh sumber alam untuk saat ini saja. 

Selanjutnya Edo memperlihatkan hasil survei terkait masalah lingkungan dan perubahan iklim, dengan  lebih dari 8000 responden anak muda aktif (usia 17-30). Dari hasil survei yang dilakukan beberapa organisasi peduli lingkungan yang tergabung dalam Gerakan Golongan Hutan tersebut, didapatkan 89% dari responden sangat cemas dengan kondisi krisis iklim saat ini. 


Hasil survei tentang isu lingkungan dengan responden anak mudamuda. Source: Presentasi Golongan Hutan

Bahkan 97% dari mereka sepakat bahwa krisis iklim ini bisa sama atau lebih berbahaya dengan pandemi Covid-19. Dari data yang didapat, hanya 0,6% yang tidak khawatir dengan perubahan iklim. Selain itu hampir 50% dari responden menyatakan bahwa deforestasi dan karhutla adalah penyebab utama emisi gas rumah kaca. Dan 19 dari 20 orang yakin bahwa faktor utama terjadinya krisis iklim adalah akibat ulah manusia. 

Ini adalah sebuah fakta menarik tentang generasi muda saat ini. Ternyata mereka juga peduli dan tertarik dengan isu lingkungan. Fakta lainnya adalah bahwa mereka juga sudah paham tentang kejahatan koorporasi dan konsep ekosida. Jadi sudah sepatutnya mereka diberi ruang dan dukungan agar mampu bersuara demi menyelamatkan bumi yang makin memburuk kondisinya. 

Survei isu lingkungan
Source: presentasi golongan hutan

Mengapa Kita Harus Peduli Pada Bumi dan Lingkungan Alamnya?

Bumi telah banyak menyediakan segala hal yang kita butuhkan. Sebut saja diantaranya ada air, tumbuhan, makanan, minuman, tempat tinggal, hingga udara yang kita hirup adalah hasil produksi alam. 

Hutan dan laut berperan sangat penting dalam memproduksi oksigen. Melalui pepohonan di hutan, gas carbondioksida diubah menjadi oksigen, yang sangat bermanfaat bagi manusia dan lapisan atmosfer.

Ilustrasi pribadi

Tak hanya itu, hutan pun berperan dalam mencegah terjadinya bencana alam (banjir), menjaga keseimbangan alam dan mengatasi krisis iklim, yang saat ini menjadi ancaman serius keberlangsungan hidup kita semua. Disini terlihat jelas bahwa sebagai manusia kita itu tidak ada apa-apanya. Kita cuma butiran debu. Lantas apakah masih pantas kita bersikap apatis terhadap kelestarian alam, terutama hutan? Sedangkan alam telah memberi segalanya tanpa pamrih bagi kita? 

Hutan adalah pendukung utama kehidupan sehari-hari kita. Terlebih bagi masyarakat adat yang sangat menggantungkan hidupnya pada hutan. Jadi masalah hutan bukan hanya masalah yang menjadi tanggung jawab pihak atau golongan tertentu saja, tapi ini adalah tanggungjawab kita bersama. Karena hak atas lingkungan hidup yang sehat dan bersih harus merata hingga pelosok negeri.

Kontribusi Kecil Berdampak Besar Bagi Keselamatan Bumi

Anindya yang menjadi pembicara kedua, yang hobi mengeksplor alam dan menjelajah hutan, berbagi pengalaman berharganya selama berada di alam. Anin sudah sejak SMA mengenal hutan dan naik gunung. Bahkan ia pun telah mendaki hingga puncak Gunung Rinjani, yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Indonesia. 


Anin membagikan dokumentasi saat berada di Gunung Rinjani. Source: Anin's matery

Lewat kegiatan traveling ini Anin sadar betapa alam punya manfaat dan keindahan luar biasa. Oleh karenanya kita sebagai manusia wajib untuk menjaga keseimbangan alam dengan baik. Kita memang makhluk kecil di bumi yang luas, tapi kita bisa memberikan dampak baik atau buruk pada bumi. Semua itu tergantung atas sikap dan perlakuan kita pada alam ini. 

“Jangan pakai sabun pabrikan di sumber air bersih di hutan,” tegur 2 orang asing yang kebetulan berpas-pasan dengan pendaki lain termasuk Anin. Karena ditakutkan bahan kimia sabun akan mengotori air, yang bisa saja menjadi konsumsi warga sekitar ataupun perusahaan air minum. Kejadian ini pun menjadi pengalaman berharga bagi Anin. Ternyata orang asing sangat peduli akan kelestarian lingkungan. Sedangkan kita justru sering tidak peduli. 

Tak hanya itu, orang asing tersebut juga mengatakan bahwa mereka suka ke Indonesia karena Indonesia punya alam yang indah. Bahkan mereka menitipkan hutan dan lingkungan alamnya agar dijaga dengan baik pada Anin. Orang asing saja sebegitu peduli, lalu apa alasan kita terus egois dan abai? 


Keindahan alam Indonesia yang dibagikan Anin. Source: Anin's matery

Itulah mengapa Anin juga kesal dengan orang yang tidak peduli lingkungan. Terutama yang suka buang sampah sembarangan. Anin berpesan pada kami, jangan takut untuk menegur siapapun, jika kita melihat hal-hal yang merugikan alam. Karena ini untuk kepentingan kita bersama juga. Anin juga menyarakan agar membiasakan diri membawa kantung sampah sendiri saat bepergian. Jangan buang sembarangan. Agar sampah kita tidak mencemari lingkungan.

Syaharani yang menjadi pembicara ketiga makin membuka insight tentang kondisi bumi. Syaharani berbagi pengetahuannya tentang perubahan iklim, terutama yang berhubungan dengan pemanasan global. “Aktivitas manusia adalah penyebab terjadinya krisis iklim,” kata Syaharani. 


Source: Materi Gathering Golongan Hutan & Blogger

Ya, tanpa kita sadari aktivitas kita seperti  penggunaan kendaraan pribadi, penggunaan bahan bakar fosil, penebangan dan pembakaran hutan, limbah pabrik, serta penggunaan perangkat listrik berlebih, adalah pemicu terjadinya ketidakseimbangan alam. 

Semakin sering menggunakan kendaraan pribadi, atau tidak bijak menggunakan listrik, maka akan banyak menghasilkan gas rumah kaca. Hal ini akan membuat lapisan atmosfer terganggu. Dan ini tentunya sangat tidak baik bagi alam. Karena gas rumah kaca sangat berkontribusi pada perubahan iklim.


Source: Materi Gathering Golongan Hutan & Blogger

Krisis iklim bukan hal sepele. Jika dibiarkan dan kita tidak melakukan upaya penyelamatan lingkungan, maka hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan. Diantara bahaya krisis iklim adalah: 

  1. Mencairnya es dan kenaikan permukaan laut. Ini bisa menyebabkan tenggelamnya daratan. Tak heran jika kota Jakarta di sebutkan akan tenggelam dalam dekade dekat. 

  2. Intensitas bencana alam dan cuaca ekstrim. Contohnya kasus daerah Tambaklorok dan Deliksari di Semarang. Akibat perubahan iklim, 2 daerah di kawasan pantai dan gunung ini mengalami kenaikan suhu, air laut naik, dan hujan deras selama 10 tahun belakangan. 

  3. Konflik sosial berkepanjangan. Perubahan iklim dapat menyebabkan kelangkaan pangan. sehingga banyak harga kebutuhan pangan yang melambung tinggi. Hal inilah yang kemudian akan memicu konflik sosial. 

  4. Wabah penyakit. Meningkatnya gelombang panas bumi akan meningkatkan risiko manusia terkena penyakit. 

Berkaitan dengan hal ini Syaharani mengajak anak muda untuk melakukan gerakan 3B (Belajar, Bergerak, dan Bawel) untuk melindungi lingkungan alam. Belajar apa yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan, kemudian bergerak melalui aksi nyata untuk melakukan perubahan, dan bawel dengan cara terus suarakan melalui kampanye ataupun ajakan agar orang-orang sadar akan ancaman krisis iklim ini. 

Kita memang makluk kecil. Tapi sikap kita yang sedikit bisa mengubah bumi. Jangan sampai kita mewariskan bencana pada generasi mendatang. Jangan biarkan generasi penerus kelak tidak dapat lagi menikmati indahnya alam Indonesia. 

Mari kita mulai langah-langkah kecil penyelamatan bumi dari diri kita, seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan bahan plastik, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, hemat pemakaian listrik, dan berani menegur jika melihat aksi pencemaran lingkungan. Sekecil apapun kontribusi kita untuk menjaga alam, pasti aka nada manfaat kedepannya. 


Referensi:

- Materi gathering golongan hutan dan blogger

- Website golongan hutan 






Posting Komentar

  1. Iya, sebagai blogger harus rajin nih kampanye tentang sadar lingkungan di blog dan medsos ya sebelum lingkungan benar-benar rusak dan anak cucu kita kena getahnya

    BalasHapus
  2. Yuk kita support semaksimal mungkin
    sebagai penggiat media sosial, mungkin bisa membantu lewat postingan2
    karena yg peduli juga semakin banyak kok
    Semoga bumi kita bisa segera terselamatkan

    BalasHapus
  3. Buset dahh
    Acaranya keren banget dah,
    Pengenn jadinya 💃

    BalasHapus
  4. Upaya kecil yg terus menerus, apalagi didukung kebijakan pemerintah rasanya akan lbh nampol ya mbak, krn masalah linhkungan ini udah jadi masalah bersama. Sesuai peran kita sbg muslim, jadi pemimpin di muka bumi, jd sdh kewajiban nih untuk menjaga alam

    BalasHapus
  5. Kita gak boleh berhenti untuk peduli terhadap lingkungan ya...Karena menjaga bumi itu memang jadi tanggung jawab kita. Bukan hanya untuk kita, tapi untuk generasi yang akan datang juga

    BalasHapus
  6. Nggak peduli siapapun, Bumi adalah tanggung jawab untuk kita bersama ya, Kak. Kita harus jaga bener-bener bumi kita.

    BalasHapus
  7. mekanisme alam akan membuat penghuninya sendiri mengalami kerugian dr perbuatan mereka. sygnya, kita yg pro alam jg kena imbas sih, bukan cuma yg lalai

    BalasHapus
  8. Rumahku dulu yang di Jakarta kalau banjir bisa sedada orang dewasa. Wuihh kebayang deh gimana rempongnya urusan perlengkapan dan beberes. Makak kita harus menjaga lingkungan agar meminimalisir dampak buruknya.

    BalasHapus
  9. saya setuju banget nih..edukasi tentang pentingnya menjaga hutan sebagai aset bumi memang sangat penting. apalagi untuk kaum milenial sebagai generasi penerus. semoga semakin banyak orang yang peduli akan lingkungan sekitar ya kak

    BalasHapus
  10. Menjaga hutan memang harus bergerak bersama. Bersinergi bersama.
    Karena hutan inilah yang kelak menjadi warisan anak-cucu kelak.
    Anak muda harus banget dapat pengayaan mengenai pengelolaan lingkungan yang baik.

    BalasHapus
  11. Sebenernya kepedulian kita pada bumi bukan untuk diri sendiri yaa. Tapi jg untuk anak cucu kelak. Jadi bentuk kepedulian kita saat ini diharapkan bisa dirasakan nantii

    BalasHapus
  12. Yupe, memang benar kelestarian alam menjadi tanggung jawab kita saat ini agar kelak anak cucu kita tetap bisa menikmati manfaat dan keberkahan alam seperti kita saat ini, aamiin.

    BalasHapus
  13. Saya sepakat mbak Rika dengan tulisan ini. memang pemuda sekarang ini adalah SDM yang dirasa dirasa lebih melek ilmu dan teknologi. Semoga kita semua terlindung dari setiap bencana akibat kelalaian manusia sendiri.

    BalasHapus

 
Top