0

 Museum Zoologi Bogor


Liburan ke Bogor biasanya identik dengan wisata alam, kuliner, atau nongkrong di kafe berudara sejuk. Tapi kali ini, saya memilih jalur yang sedikit berbeda, yakni dengan mengunjungi Museum Zoologi yang berada di dalam kawasan Kebun Raya Bogor.

Tanpa ekspektasi tinggi, saya justru pulang dengan banyak hal baru yang saya pelajari dan juga ada rasa kagum yang tidak saya duga.

Masuk ke Dunia yang Diam Tapi Penuh Cerita

Begitu masuk ke museum, suasana langsung berubah. Dari taman yang ramai, saya melangkah ke ruang yang tenang dan sejuk. Di dalamnya, ribuan spesimen hewan diawetkan dengan rapi: burung, mamalia, reptil, serangga, hingga moluska. Semua tersusun dalam display yang informatif, tapi tidak berlebihan. Rasanya seperti masuk ke ruang belajar yang tidak memaksa, tapi mengundang rasa ingin tahu.

Kerangka Paus Biru: Ikon yang Istimewa

Salah satu momen paling berkesan adalah saat berdiri di depan kerangka paus biru. Panjangnya hampir memenuhi satu ruangan. Diam, tapi menggetarkan. Saya membayangkan makhluk sebesar itu berenang bebas di lautan, dan kini tulangnya berdiri di sini sebagai pengingat bahwa alam punya skala yang jauh lebih besar dari kita.

Kerangka ini ditemukan terdampar di Pantai Pameungpeuk, Garut, pada tahun 1916. Kini, ia menjadi ikon museum dan titik favorit pengunjung untuk berfoto—meski saya lebih memilih diam dan merenung.

Koleksi Fauna yang Kaya dan Terawat

Museum Zoologi Bogor menyimpan lebih dari 3 juta spesimen. Koleksi burungnya mencapai 1.000 spesies, mamalia sekitar 650 spesies, dan serangga lebih dari 12.000 spesies2. Beberapa di antaranya adalah hewan langka yang mungkin tidak akan kita lihat langsung di alam liar.

Yang saya suka, setiap display dilengkapi dengan informasi singkat yang menjelaskan asal, habitat, dan status konservasi hewan tersebut. Tidak terasa seperti membaca buku pelajaran, tapi cukup untuk membuat saya paham bahwa keanekaragaman hayati Indonesia itu luar biasa.

Sejarah yang Panjang, Tapi Tidak Membosankan

Museum ini berdiri sejak 1894, awalnya sebagai laboratorium kecil untuk meneliti hama tanaman. Seiring waktu, ia berkembang menjadi pusat penelitian dan konservasi fauna terbesar di Asia Tenggara. Bahkan, deskripsi ilmiah pertama tentang Komodo ditulis di sini pada tahun 1912 oleh Peter Ouwens2.

Mengetahui bahwa tempat ini punya peran penting dalam sejarah ilmu pengetahuan membuat saya semakin menghargai kunjungan ini.

Jam buka museum cukup fleksibel, yakni Senin–Jumat: 08.00–16.00 WIB dan Sabtu, Minggu, dan hari libur: 08.00–17.00 WIBs

Elain itu, harga tiketnya pun ramah di kantong, yakni:

Hari biasa: Rp15.000

Akhir pekan dan hari libur: Rp25.000

Anak-anak di bawah 90 cm: Gratis

Setelah selesai berkeliling, saya duduk sebentar di pinggir Kolam Gunting, menikmati suasana Kebun Raya yang rindang. Rasanya seperti menutup hari dengan tenang.

Penutup: Liburan yang Tidak Ramai, Tapi Penuh Makna

Museum Zoologi Bogor bukan tempat wisata yang viral atau penuh antrean. Tapi justru itu kelebihannya. Ia memberi ruang untuk diam, belajar, dan merenung. Cocok untuk kamu yang ingin liburan antimainstream, yang bukan hanya menyenangkan, tapi juga membuka wawasan.

Kalau kamu sedang di Bogor dan ingin mencoba sesuatu yang berbeda, museum ini layak masuk daftar kunjungan. Karena kadang, tempat yang paling tenang justru menyimpan cerita paling besar.

Happy Trraveling!

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Posting Komentar

 
Top