20


Bhinneka tunggal ika; berbeda-beda tetapi tetap satu. Inilah sebuah semboyan populer bangsa Indonesia, yang mencerminkan kehidupan bangsa yang bersatu dalam kemajemukan. Sejak dulu rasa persatuan dan kesatuan itu tetap terpelihara dengan baik. Karena ini juga bangsa Indonesia dapat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Latar belakang budaya, adat istiadat, suku, bahasa, agama, ras, atau pun kekerabatan yang berbeda-beda, bukanlah hambatan untuk menciptakan kehidupan berbangsa dalam suatu keharmonian. Semua ini tentu saja tidak lepas dari rasa saling toleransi, menghargai, dan memiliki. Dan yang tak kalah penting adalah rasa persaudaraan atas nama satu tanah air, satu bangsa, dan satu tumpah darah Indonesia, sebagaimana yang diikrarkan dalam isi Sumpah Pemuda 1928.

Namun sayangnya, kehidupan yang harmoni itu mulai diterpa badai yang telah berhasil memporak-porandakan kehidupan berbangsa, yang selama ini berjalan selaras dalam persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman. Sebagaimana yang kita ketahui, beberapa tahun terakhir bangsa Indonesia dihadapkan pada isu-isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan), sangat serius yang telah meracuni kebhinnekaan bangsa.

Isu SARA merupakan isu sensitif, yang jika dihembuskan akan mudah menyulut emosi dan konflik. Dan tampaknya hal ini justru malah dimanfaatkan oleh sekelompok orang demi kepentingan golongannya, seperti dalam kepentingan perpolitikan di tanah air, yang akhir-akhir ini kerap melibatkan masalah SARA. Sebut saja isu SARA pada pilkada DKI beberapa waktu yang lalu, yang diawali dengan isu penistaan agama oleh salah satu kandidat Gubernur DKI.

Tidak hanya dikalangan elit politik atau yang terkait dengannya. Ternyata maslah SARA juga sudah merambat ke dunia pendidikan. Bahkan untuk kalangan anak sekolah dasar. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dunia pendidikan sempat dihebohkan dengan temuan buku pelajaran siswa yang berisi kata-kata kebencian terhadap salah satu agama. Buku dengan judul “Anak Islam Suka Membaca” yang ditulis Nurani Mustain, dilaporkan gerakan pemuda Anshor karena berisi kata-kata yang berhubungan dengan peperangan dan menyerang. Hal ini sebagaimana yang dilansir dalam halaman berita di Independent.id.

Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, telah memfasilitasi masyarakat untuk cepat mendapatkan berbagai informasi melalui media internet. Bahkan akses ke internet bisa dilakukan dimana pun dan kapan pun, tanpa harus pergi ke warung-warung internet. Ya, hadirnya ponsel-ponsel canggih telah memudahkan masyarakat dalam mengakses segala peristiwa dalam waktu yang cepat. Namun sayangnya, masih banyak orang yang kurang paham dan kerap menelan mentah-mentah setiap informasi yang dibacanya. Alhasil, kesalah pahaman hingga rasa kebencian pun mudah menguasai diri.

Tidak semua konten dalam situs internet itu baik dan benar. Banyak juga yang mengandung berita palsu, atau dalam bahasa kerennya hoax. Untuk itulah kita sebagai penikmat informasi harus pandai-pandai menetralisir pikiran agar tidak tejebak dalam informasi berbau hoax. Mengutip pernyataan Pemimpin Redaksi Terakota.id, Eko Widianto, dalam sebuah laman berita di Independent.id, yang menyatakan bahwa salah satu cara melawan berita dan informasi palsu adalah dengan mengecek sumbernya. Jika sumbernya tak bisa dipertanggungjawabkan, maka informasi tersebut tidak perlu disebarluaskan.
Hoax kini telah menjadi sebuah virus yang semakin subur berkat dukungan kemajuan teknologi digital. Hoax semakin intens didistribusikan melalui media sosial. Substansinya pun sudah merambah ke banyak aspek kehidupan. Hal ini tentunya menjadi sebuah ancaman serius bagi ketentraman berbangsa dan bernegara.

Berita hoax membuat orang saling berprasangka hingga tergiring pada suatu opini, yang cenderung bersifat negatif. Hal ini tentu merupakan bentuk ancaman serius bagi keutuhan berbangsa dan bernegara. Karena isu yang dihadirkan dalam konten hoax itu sangat berpotensi menebar kebencian serta menyulut timbulnya konflik. Untuk itulah kita sebagai penerima informasi, harus mampu menyikapai setiap konten berita yang bertebaran dengan bijak dan penuh pertimbangan. Intinya cek dan ricek dulu sebelum mengambil kesimpulan terkait berita tertentu.

Kemajuan teknologi serta cepatnya akses informasi dari seluruh penjuru dunia yang bisa kita dapatkan, haruslah direspon dengan penuh pertimbangan, terutama terkait dengan hal kebenarannya. Jangan sampai jembatan informasi ini justru menjerusmuskan kita dalam perpecahan dan konflik. Hidup dalam kerukunan meskipun diwarnai banyak perbedaan itu sangat menyenangkan. Mari kita jaga dan teruskan cita-cita pendiri bangsa ini, untuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik.



Posting Komentar

  1. memang betul ya mb hoax itu tidak baik untuk kesehatan si pembaca, karena biasanya suka bikin emosi hehe.. terkadang si penyebar hoax pun tangaannya sukgatel buat menshare terus tanpa kroscek terlebih dahulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak.makanya kita harus hati-hati sebelum menyebarkan informasi

      Hapus
  2. hoak awal perpecahan, waspada banget yaa, tabayyun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita lebih waspada menghadapi serbuan informasi yang terkadang sering membutakan pikiran dan nalar.

      Hapus
  3. Wah mbak, aku setuju banget sama yang mbak Rika sampaikan. Tulisannya keren mbak edukatif banget. Tinggal di TLD-kan aja ini blognya biar makin tsakep

    Sama Kalo boleh aku saran, tulisannya dipecah2 jadi paragraf kecil kecil, biar sekerol sekerolnya enak dan gak pegel mata hehe.

    Semangat, Mba Rikaaaaa *kiss

    BalasHapus
  4. Betulll mba. Sepakat. Gak semua yang ada di inet tuh nyata dan benar adanya. Sebagai generasi millenial kita tetep pake filter biar bisa bedakan yang benar dan salah, yang perlu dan gak perlu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak.Internet memang sangat bermanfaat sekali. Tetapi kita juga harus lebih aware dengan informasi yang berseliweran. Karena tidak semua yang ada di internet itu benar dan bermanfaat.

      Hapus
  5. Sepakat soal ini. Memang harus filter sih intinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Pokoknya jangan malas berpikir kritis menghadapi setiap informasi yang ada

      Hapus
  6. Huhu kalau di internet antara orang (yang katanya) pinter sama yang enggak tuh nggak ada bedanya. Sedih.

    BalasHapus
  7. Wah setuju banget nih bahwa kita jangan mudah termakan hoax. Majunya teknologi dan derasnya informasi semoga menjadikan kita lebihbijak bersosial media. No hoax deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoknya tolak hoax dengan lebih kritis menanggapi berita

      Hapus
  8. capek banget aku dengan isu SARA ini. apalagi jelang 2019 ya kan. jangan mudah kemakan hoax lah. kemajuan teknologi harus selaras dengan kemajuan berpikir nih. baru deh bisa disebut berhasil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak aku juga kesel banget dengan berita yang selalu melibatkan isu SARA. Semoga Indonesia segera pulih dari kekacauannya ya. aamiin

      Hapus
  9. Aku sepakat banget dengan tulisannya karena kalau kita tergiring dengan berita hoax, maka kita akan terpecah belah! Untuk itu kita harus bijak terhadap informasi yang kita baca dan jangan langsung menyebarkan, harus saring dulu sebelum sharing!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak bener banget. Saring sebelum sharing memang harus diterapkan lebih intens lagi agar kita tidak mudah terpancing isu yang belum pasti kebenarannya.

      Hapus
  10. Saya cukup satu hal... supaya gak terkena hoax.. minimalisir penggunaan medsos hehehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih Bang. Tapi terkadang masih susah menjauhkan diri dari penggunaan medsos. Karena kadang memang ada kerjaan yang butuh bersentuhanaktif dengan medsos.

      Hapus

 
Top