0

 

HUT RI 17 Agustus yang membekas

17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan Indonesia yang didapatkan dengan perjuangan luar biasa oleh bangsa ini. Telah banyak hal yang dikorbankan demi tercapainya bangsa yang bebas dari kungkungan penjajah.

Ada air mata, darah yang tertumpah, kehilangan keluarga, kehilangan harta benda, hingga kehilangan hak untuk hidup di bumi pertiwi.

Ya, 17 Agustus yang setiap tahun kita rayakan sebagai Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia atau HUT RI adalah sebuah momen yang tercipta dari banyak pengorbanan saudara-saudara kita dulu di masa penjajahan.

Kini, 78 tahun sudah Indonesia Merdeka. Setiap tahun kita pun merayakan momen penuh kemenangan dan kegembiraan menjadi bangsa yang Merdeka.

Di HUT RI ke 78 kali ini, aku ingin menuliskan kenangan tak terlupakan dan sangat berkesan hingga selalu menjadi motivasiku dalam setiap langkah. Semoga kisahku yang secuil ini bisa menjadi inspirasi teman-teman juga.

Kenangan Berharga Momen 17 Agustus HUT RI

Kenangan yang sangat berkesan ini terjadi di masa kecilku dulu, di mana saat itu aku sangat suka sekali untuk ikut serta dalam lomba 17 Agustus, yang digelar di lingkungan tempat tingggalku.

Lomba 17 Agustus yang biasanya digelar di lingkungan tempat tinggalku sama seperti perlombaan Hari Kemerdekaan pada umumnya, seperti makan kerupuk, memasukkan pensil ke dalam botol, lari bakiak, engrang, membawa kelereng dalam sendok, karnaval budaya, tarik tambang, balap karung, dll.

Adapun lomba yang rutin kuikuti adalah membawa kelereng dalam sendok, makan kerupuk, lari bakiak, dan engrang. Mengapa aku memilih lomba ini? Karena pertama kali ikut aku bisa memenangkannya, meskipun tak semuanya juara satu. Tetapi aku bisa masuk tiga besar.


lomba 17 Agustus


Pada momen 17 Agustus ketika aku duduk di bangku SMP, sekolah mengadakan lomba bertema budaya, yakni berjalan layaknya foto model di catwalk dengan memakai pakaian adat atau identitas daerah yang lainnya.

Saat itu, aku sangat ingin mengikuti lomba bertema  budaya itu, karena bagiku ini adalah hal baru dan aku sangat ingin bisa tampil mengenalkan salah satu identitas budaya daerahku, Sumatera Barat.

Selain itu, aku juga sangat suka ketika melihat pakaian khas Minangkabau yang dikenakan pengantin di setiap momen pernikahan sanak saudaraku. Terlihat sangat cantik. Jadi ingin sekali bisa memakainya di momen lomba 17 Agustus tersebut.

Sepulang sekolah, kusampaikanlah tentang lomba betema budaya yang akan diadakan sekolah untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia itu kepada ibuku.

“Mak, aku mau ikut lomba bertema budaya di sekolah tanggal 17 Agustus nanti, mak punya baju adat Padang waktu menikah dulu nggak?” tanyaku pada ibuku saat itu.

Sayangnya, ibuku tidak punya baju khas Minangkabau itu, karena dulu saat menikah, beliau menyewanya.

“Kalau mau sewa baju di mana, mak?” tanyaku antusias.

“Mak, kurang tahu. Tapi sepertinya di kampung kita ini tidak ada penyewaan baju adat. Kalau di kota ada,” jawab mak, yang bikin wajahku mendadak seperti orang hopeless.

Ibuku paham betul bahwa aku sangat ingin bisa ikut lomba itu. Kemudian beliaupun meyakinkanku bahwa aku pasti bisa tetap ikut meski saat itu belum punya baju adat Padang.

Baju Adat Padang Hasil Karya Ayah dan Ibu

Sekitar 6 hari jelang lomba, teman-teman di sekolah sudah sibuk bercerita tentang baju apa yang akan dipakai. Sedangkan aku, hanya diam karena masih belum bisa memastikan apakah bisa ikut atau tidak lantaran belum punya baju adatnya.


baju-adat-padang
Pakai baju adat Padang


Ternyata jelang lomba itu, ayah dan ibu bekerja sama membuatkanku baju adat khas Minangkabau dengan cara mereka.

Setelah selesai dengan karyanya, ayah dan ibu memanggilku sambal mempelihatkan baju dan segala aksesories pelengkapnya.

MasyaAllah, jujur saat itu hatiku dipenuhi kegembiraan dan rasa haru. Ternyata aku punya sosok orangtua yang sangat peduli akan kebahagiaan anaknya.

Meskipun baju itu tak seindah yang di tempat penyewaan atau yang di pakai para pengantin, tetapi bagiku itu adalah karya luar biasa karena dibuat atas dasar cinta tulus kedua orang tuaku.

Baju itu dibuat dari kebaya lama ibu yang sudah jarang dipakainya, kemudian dibalut dengan selendang biru bekas peninggalan nenek waktu berkunjung ke Lampung.

Sementara, kain songketnya dibuat dari kain Panjang (jarik), yang ditempeli beberapa rumbai-rumbai.

Lalu, penutup kepala (tanduk) dibuat ayah dari bahan kardus yang dihias sedemikian rupa agar tampak indah.

Aku pun langsung mencobanya saat itu. Kami banyak tertawa hari itu dan akupun sangat sudah tidak sabar ingin memakainya di lomba 17 Agustus.

Sekadar informasi, semua itu dibuat orangtuaku tanpa bantuan tukang jahit, mereka mengerjakannya sendiri.

Dari sini aku belajar banyak hal dari orang tuaku bahwa jangan pernah menyerah sebelum kita mengusahakan yang terbaik versi kita atas setiap keinginan. Aku juga belajar tentang arti kasih sayang, perjuangan, dan pengorbanan tulus dari mereka.

Inilah pedoman hidup yang hingga kini selalu kuterapkan dalam hal apapun. Kelak, akan kuceritakan pada anak-anakku tentang momen berharga ini agar bisa jadi bahan ibroh dan edukasi nyata tentang arti perjuangan dan kasih sayang.

Lantas, bagaimana hasil lombanya?

Well, banyak teman yang memakai pakaian adat indah. Semua tampak cantik dalam balutan pakaian adat Indonesia. Siapa pemenangnya?

Ternyata di lomba karnaval itu pihak juri juga ingin yang jadi peserta paham makna pakaian adat yang dipakai. Jadi, bukan sekadar memakai dan memamerkannya saja.

Alhamdulillah, bapak/ibu guru kagum dengan pakaian adat yang kukenakan. Bukan karena dia satu-satunya yang dari Sumatera Barat (kebanyakan pakai pakaian adat Jawa), tetapi karena cerita di baliknya.

Selain itu, karena aku paham apa nama dari setiap yang kukenakan, mulai dari tanduk hingga kain songketnya. Meskipun tidak tahu detail tentang pakaian tersebut, tapi setidaknya paham dengan apa yang dipakai.

Inilah untungnya, kalau banyak bertanya….heheeh. Ya, aku memang termasuk yang suka penasaran akan suatu hal. Jadi, sebelumnya aku pun sudah sempat bertanya pada ayah dan ibu tentang pakaian yang kukenakan.

All thanks to Allah and all thanks to my beloved parents.

Mengenal tentang Baju Adat Wanita Padang

Mengutip laman Budaya Nesia, baju adat Wanita Padang disebut dengan nama Limpapeh Rumah nan Gadang.

Sebagaimana diketahui, suku Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal, di mana perempuan memang dituntut dapat menjadi pusat kekuatan agar bisa melestarikan nilai adat Minang.

Pakaian adat Limpapeh Rumah nan Gadang terdiri dari beberapa bagian, yakni:

Tingkuluak: Penutup kepala yang bentuknya seperti atap rumah Gadang.

Suntiang: Hiasan kepala seperti mahkota dan biasanya dikenakan oleh mempelai wanita.

Baju Batabue: Baju berhias benang emas dengan gambar atau motif yang melambangkan kekayaan alam wilayah Sumatera Barat. Selain itu, pada pinggiran bajunya juga diberi hiasan benang emas yang dikenal dengan sebutan minsie.

Lambak dan Selempang: Lambak adalah kain yang digunakan sebagai bawahan, bisa berupa songket ataupun kain tenun. Sedangkan, salempang adalah kain yang berfungsi untuk selendang.

Galang dan Dukuah: Berbagai jenis perhiasan yang dijadikan sebagai pelengkap busana adat Limpapeh Rumah nan Gadang berupa gelang dan kalung.

Harapan untuk Indonesia di 78 Kemerdekaanya

Di momen Dirgahayu Indonesia 2023 HUT RI ke 78, ada banyak harapan untuk bangsa ini. Karena ternyata setelah 78 tahun kita Merdeka, masih banyak PR yang harus diselesaikan. Masih banyak yang belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.

Harapan HUT RI ke 78


Contoh kecilnya saja adalah hak untuk bisa menikmati indahnya alam Indonesia, yang disebut-sebut dilimpahi banyak kekayaan, keindahan, hingga pengakuan dunia internasional. Tapi nyatannya?

Lihatlah saat ini, untuk menghirup udara bersih saja sangat sulit, karena kini Indonesiaku tercinta tengah diserang polusi udara cukup serius. Untuk menikmati alam yang sejuk pun mulai susah, karena banyak hutan dan lahan lindung lainnya yang dirusak oleh mereka yang tak bertanggung jawab.

Selain itu, aku sangat berharap bangsa Indonesia, khususnya para generasi muda bisa memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa ini dengan prestasi bukan sensasi belaka, semangat memperjuangkan hak-hak dan keadilan bukan hanya mengeluh tanpa langkah nyata.

Mari kita bersama membuat perubahan bagi Indonesia yang lebih baik. Ayo “Terus Melaju untuk Indonesis Maju”.

Semua akan bisa terwujud jika kita mulai bergerak bersama dan berdaya. Percayalah sekecil apapun aksi dan langkah kita, akan memberikan dampak bagi bangsa ini. Karena sesuatu yang besar dimulai dari hal yang kecil. MERDEKA!!!

Posting Komentar

 
Top