4


"Waktu itu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)." (HR. Muslim)



Itulah sebait kalimat yang telah menghentakku seketika. Bagaimana tidak? Sesaat lidahku tercekat. Pikiran memutar kembali fase kehidupan yang telah kulewati sepanjang hidup. Mencari bagian mana yang telah kugunakan dengan manfaat? Ah...ternyata banyak waktu yang telah kulalaikan dengan hal tidak bermanfaat. Aku terlalu sibuk dengan urusan duniawi. 



Ingin rasanya kembali ke masa dimana aku banyak menyia-nyiakan waktu tanpa hal bermanfaat. Terutama untuk urusan bekal akhirat. Sholat sering tertunda karena disibukkan aktifitas. Terkadang tidak khusyuk karena diburu urusan pekerjaan. Oh...ya Allah ampunilah aku. 



Kehidupan dunia memang sangat melenakan. Bahkan sampai membuat kita lupa akan tujuan penciptaan manusia di muka bumi, yakni untuk beribadah hanya pada Allah. 



"Tidakklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu." (Q.S Adzariyat:54)



Ayat tersebut sangat jelas maknanya. Namun pada prakteknya kita cenderung abai akan urusan ibadah dan kewajiban sebagai ciptaan-Nya. Suka bilang, "Iya, nanti. Tanggung," seolah-olah kitalah perencana kehidupan. Padahal nyawa ini bisa diambil kapan saja oleh pemiliknya. 



Alhamdulillah, Allah menyadarkanku lewat kalimat Imam Muslim tersebut. Aku tak mau lagi melewati setiap helaan napas tanpa menambah poin kebaikan dan bekal akhirat kelak. Karena sejatinya setiap tarikan napas mengiringi setiap takdir yang telah Allah tetapkan. Ia adalah penanda semakin dekatnya langkah menuju tempat tidur abadi (makam), sebelum benar-benar kembali ke kampung akhirat saat hari kebangkitan. Apa yang akan kusuguhkan pada Allah saat itu jika aku banyak menyia-nyiakan peluang hidup? 



Aku sangat takut jika waktu enggan memberikanku kesempatan untuk mengoleksi koin emas menuju akhirat, karena kurang memanfaatkannya dengan baik. "Hai diriku, ingatlah ajal itu sudah menanti di waktu yang telah ditetapkan. Manfaatkanlah sisa umur dengan baik." Ini adalah motivasi yang kubisikkan jika aku mulai lalai. 



Dulu aku sering berlama-lama hanyut dengan ponsel meladeni obrolan teman atau baca timeline. Kumpul-kumpul yang kebanyakan terselip ghibah dan hal kurang bermanfaat. Namun, perkataan Imam Muslim telah menyentilku. Aku pun mulai merubah kebiasaan. Lebih memperdalam ilmu agama dengan beberapa sahabat sholiha dan ustadzah. Aku juga tak lagi mudah tergoda dengan urusan dunia. Akhirat dulu, insyaAllah dunia akan kuraih. Dan ternyata justru aku merasa lebih bahagia dan tenang. 



Sahabat, ingatlah bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Kita hanya bertamu sebentar. Dunia memang menjanjikan banyak kesenangan. Tapi semua itu tak lebih hebat dari kesenangan yang ditawarkan akhirat. Kampung akhirat adalah tempat tinggal terindah jika kita bisa memanfaatkan persinggahan di dunia dengan banyak melakukan kebaikan, ketaatan, ketaqwaan, dan amal sholih. 



"Dan tidaklah kehidupan di dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya?" (Q.S Al-An'am:32)


#OneDayOnePost

Posting Komentar

 
Top