0


Sejarah bukan hanya sekadar kejadian masa lalu, atau sebuah memori untuk dikenang saja. Tetapi sejarah memiliki nilai lebih dari itu semua. Sejarah adalah sebuah media pembelajaran bagi siapapun yang mau berpikir dan mengambil hikmahnya. Karena dalam sebuah sejarah tentulah banyak tersimpan ibroh dan hikmah yang bisa dijadikan bahan evaluasi bagi kehidupan dari generasi ke generasi. Contohnya saja sejarah perjuangan bangsa ini dalam membebaskan rakyat dan tanah air tercinta dari belenggu para penjajah. Sejarah bangsa itu telah memberi pelajaran tentang arti persatuan, cinta tanah air, dan pengorbanan tulus bagi bumi pertiwi. 

Tak hanya itu, bahkan sejarah silam yang telah terjadi berabad-abad lalu pun merupakan sebuah warisan sumber pelajaran yang patut diteladani. Contohnya sejarah yang bisa kita pelajari dan teladani dari kisah para Nabi, Sahabat, atau pun masyarakat biasa pada saat itu. Tak hanya itu, bahkan kisah para raja, penguasa, dan masyarakat yang dimurkai, atau pun mereka yang memiliki catatan sejarah buruk pun dapat dijadikan bahan ibroh bagi generasi selanjutnya, dalam perbaikan-perbaikan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. 

Menolak sejarah tentu sama saja dengan enggan mengambil hikmah dan pelajaran dari kehidupan di masa lalu. Terlebih ada begitu banyak kisah sejarah yang memiliki nilai-nilai yang dapat diilhami oleh akal pikiran. Itulah mengapa kita tidak boleh melupakan sejarah.

Dalam buku bertema sejarah berjudul "Shalahuddin Al-Ayyubi" yang ditulis oleh Dr. Abdullah Nashih 'Ulwan, tersebar begitu banyak pelajaran berharga serta hikmah luar biasa yang dapat diambil setelah membacanya. Dan tentunya nama besar seorang Shalahuddin Al-Ayyubi pun sudah tidak asing lagi bagi kita semua. 

Sumber: hidayatullah.com

Shalahuddin Al-Ayyubi telah memberikan pengaruh dahsyat bagi masyarakat dunia. Tidak hanya bagi kaum Muslim, tetapi juga masyarakat dunia lainnya. Tak heran jika banyak buku yang memuat kisah tentangnya. Meskipun ditulis oleh penulis berbeda, namun buku tentang Shalahuddin tetap memuat esensi yang sama tentang kehidupan sang panglima besar dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah, dan pembebasan Baitul Maqdis dari penjajahan tentara Salib. 

Buku hasil tulisan Dr. Abdullah Nashih 'Ulwan ini memang hanya terdiri dari 273 halaman saja. Tidak setebal buku tentang Shalahuddin Al-Ayyubi yang ditulis oleh Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi yang memiliki jumlah halaman 772. Tetapi penulis mampu menyuguhkan isi lengkap dan jelas tentang kisah sang pahlawan mulia ini. Tidak ada pertentangan atau pun perbedaan signifikan dari kisah yang diulas dalam masing-masing buku. Keduanya sama-sama memuat biografi Shalahuddin Al-Ayyubi, serta mengulas tentang perjuangan dan aksi heroik sang panglima dalam mengalahkan pasukan Salib dan merebut kembali Baitul Maqdis

Dalam buku yang kubaca, Dr. Abdullah Nashih 'Ulwan, selain menyajikan tentang kepribadian mulia Shalahuddin Al-Ayyubi, usaha-usaha perbaikan yang dilakukannya, serta rahasia dan sebab kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi, dalam buku ini juga disertakan pembahasan tentang apa dan bagaimana cara yang seharusnya ditempuh untuk membebaskan Palestina dari kesewenangan Israel laknatullah. Hal ini turut dibahas karena pada dasarnya sebuah sejarah itu kerap berulang. Yang membedakannya hanya waktu, tempat, dan dengan peran yang berbeda. Dan kondisi Palestina kini tak jauh berbeda dengan kondisi saat kota Jerussalem dikuasai tentars Salib. Semoga sosok seperti Shalahuddin Al-Ayyubi segera Allah hadirkan kembali untuk membebaskan Palestina dan kota lainnya di penjuru dunia dari kedzaliman. 


#ReadingChallengeOdop
#RCOLevel3
#Tantangan3

Posting Komentar

 
Top