0



Pemilu 2019: Ciptakan Perubahan Lewat Ujung Jari Kelingking – Pesta demokrasi (Pemilu 2019) akan segera digelar pada tanggal 17 April 2019 mendatang. Hingar bingar nuansa politik pun terlihat semakin tinggi intensitasnnya. Terutama yang terus bergulir di ranah media sosial. Isu-isu seputar pemilu, baik yang berupa edukasi pemilu, dukungan ke masing-masing kubu, hingga kampanye untuk memikat hati rakyat pun, kian marak membanjiri timeline berbagai media sosial. Sayangnya tidak semua konten yang muncul bermuatan positif. Karena tak jarang ada konten yang berpotensi menggiring opini negatif  publik terhadap pelaksanaan Pemilu 2019.

Salah satu isu yang terus mewarnai pesta demokrasi terbesar di tanah air adalah “golput” (golongan putih), yaitu kelompok yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia, Denny JA menyatakan bahwa angka golput pemilu 2019 akan mengalami peningkatan. Bahkan banyak pengguna media sosial yang terang-terangan menyatakan sikap apatisnya, hingga mengajak orang lain untuk golput sebagai wujud protes atas ketidakpercayaan mereka terhadap para kandidat yang bersaing.

Selain rasa tidak percaya, kebanyakan golput juga disebabkan oleh rasa tidak puas dengan calon pemimpin yang maju. Mereka tidak puas karena para kandidat tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Namun banyak juga yang memilih golput karena tidak percaya dengan kemurnian sistem demokrasi yang digelar. Misalnya seperti berbagai tindak kecurangan demi sebuah kemenangan kubu tertentu.

Kelompok golput beranggapan bahwa politik adalah kotor. Karena begitu banyaknya isu tentang penghalalan berbagai cara demi sebuah kemenangan. Terlebih saat ini banyak pemberitaan tentang pejabat atau pun politikus penting tanah air, yang terjerat kasus hukum serius. Hal inilah yang membuat banyak masyarakat enggan berpartisipasi dalam menentukan siapa yang pantas memimpin bangsa ini.

“Saya kecewa dengan para wakil rakyat. Bukannya mengayomi dan menjadi teladan, tapi justru malah menghianati kepercayaan rakyatnya. Saat kampanye mulutnya manis. Tapi setelah terpilih malah mementingkan diri sendiri.” (Endang Sawitri, Alumni STBA Teknokrat)

Stigma masyarakat itulah yang memicu gelombang golput hingga kini. Namun, apakah dengan memilih menjadi golput dapat menjamin semua akan baik-baik saja? Tentu saja tidak. Karena goput berpotensi menciptakan kerugian. Salah satunya adalah memberi jalan bagi para politisi buruk untuk berkuasa. Hal ini bisa terjadi karena mereka kerap menghalalkan segala cara untuk menang. Dan salah satu cara menghambat langkah mereka adalah dengan menggunakan hak pilih sebaik-baiknya pada pemilu 17 April 2019. Pilihlah orang yang kita anggap mempunyai rekam jejak terbaik. Ingatlah lima menit dibilik suara akan menentukan nasib bangsa selama lima tahun ke depan. Jadi jangan golput. Mulailah langkah konkrit menciptakan perubahan bangsa dengan menunjukkan ujung jari kelingkingmu pada 17 April 2019 mendatang.

Menyikapi isu golput ini, perlu adanya sosialisasi dan edukasi agar masyarakat paham tentang pentingnya peran sebagai warga negara dalm proses pemilu. Untuk itulah diperlukan peran aktif masyarakat dalam menyebarkan informasi positif dan baik tentang pesta rakyat lima tahunan ini. dalam hal ini tidak hanya menjadi tugas yang dibebankan kepada orang-orang di KPU saja. Tetapi juga seluruh lapisan masyrakat. Karena pemilu adalah tentang kita semua.


Saat ini basis warganet mempunyai peranan penting dalam menggiring opini publik terkait isu pemilu. Karenanya KPU memerlukan tidak hanya jajarannya untuk mensosialisasikan tentang pemilu 2019. Tetapi juga pers dan medsos beserta penggiatnya. Mengingat dampaknya yang cukup besar dalam mengedukasi dan menciptakan image suatu isu. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Komisioner kota Bandarlampung, Fadilasari, dalam “Workshop dan kompetisi Jurnalistik”  yang bertajuk “Bagaimana Jurnalis WargaMeliput Isu Pemilu dan Pilpres 2019”, di Eat Boss Cafe pada ahad, 31 April 2019 lalu.

Setelah acara tersebut, saya jadi tergerak untuk tahu lebih jauh opini masyarakat, dalam hal ini para pemilih muda, tentang pemilu 2019. Dan kali ini saya memilih kampus Universitas Islam Negeri Radin Intan, sebagai lokasi mencari opini pemilih muda. Dari wawancara singkat dengan beberapa mahasiswa UIN, dapat disimpulkan bahwa mereka cukup antusias dan ingin perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Tentunya mereka akan menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya. Simak video singkat opini mahasiswa UIN berikut.


Dari video tersebut, dapat dipastikan bahwa golput hanya akan merugikan diri sendiri. Karena seperti pendapat salah satu mahasiswa (Rizkia Masruroh), bahwa apa gunanya pemilihan jika kita tidak ikut memilih. Dan ia ingin bisa ikut menentukan calon pemimpin yang baik bagi Indonesia.

Pemilu bukan hanya tentang hak boleh atau tidaknya memilih; bukan cuma tentang politik atau jabatan; dan bukan cuma tentang kepentingan parpol tertentu. Tetapi pemilu adalah wujud partisipasi dan sarana legitimasi dalam menentukan arah kebijakan pemimpin terpilih. Untuk itulah gunakan hak pilih. Karena hak pilih adalah hadiah demokrasi yang wajib dihargai.


Mungkin benar ada kandidat atau politisi yang menurut kita memiliki rekam jejak buruk. Tetapi jangan jadikan alasan untuk tidak memilih (golput). Jadilah pemilih cerdas. Cari informasi dari sumber terpercaya tentang profil, visi misi, serta rekam jejak para kandidat. Dari setiap kandidat pasti ada yang terbaik. Terlebih saat ini masyarakat dapat dengan mudah mengakses semua hal tentang pemilu, baik kandidat hingga memberikan kritik kepada penyelenggara pemilu itu sendiri. Karena pemilu saat ini prosesnya sudah sangat terbuka.

Meskipun banyak suara-suara yang menghembuskan sikap apatis hingga memilih golput, ternyata masih banyak masyarakat yang tak rela menyia-nyiakan hak pilihnya pada pemilu kali ini. bahkan mereka sangat bersemangat untuk segera berperan dalam menentukan pemimpin yang akan membawa perubahan bagi bangsa ini. Simak video ajakan “jangan golput” dari pemilih muda Alumni Fakultas FISIP Universitas Lampung 2017 berikut.


So, jangan golput. Karena golput itu sama sekali tidak keren, sobat. Jangan lupa untuk datang ke TPS pada tanggal 17 April 2019. Mari kita tunjukkan pada dunia arti demokrasi Indonesia pada pemilu 2019. Sebuah langkah besar bagi bangsa dan negara ini dimulai dari ujung jari kelingkingmu.

Posting Komentar

 
Top