0

 

Apa yang ada dipikiran teman-teman saat mendengar kata kusta? Penasaran nggak mengapa sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa, penyakit kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh kutukan dan sangat mengerikan. 

Benarkah demikian tentang kusta


apa-itu-penyakit-kusta

Jujur, awalnya aku pun nggak begitu paham tentang penyakit kusta ini. Yang aku tahu penyakit yang kerap disebut lepra ini adalah penyakit kulit mengerikan dan mudah menular. Terlebih kebanyakan orang-orang juga memiliki opini yang sama denganku. Ternyata, apa yang kupahami selama ini tentang kusta masih keliru. 

Jika diperhatikan, sekilas penyakit kusta ini hampir mirip dengan panu, karena terdapat bercak-bercak putih di tubuh penderitanya.

Nah, agar nggak gagal paham lagi, aku mau membagikan informasi yang benar tentang kusta, yang baru kudapatkan saat mengikuti talkshow Kantor Berita Radio (KBR) di kanal YouTube-nya pada Rabu, 24 November 2021, dengan tema “Bahu Membahu untuk Indonesia Sehat dan Bebas Kusta”. 

Talkshow ini menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Bapak Eman Suherman, SSos (Ketua TJSL PT. Dahana) dan dr. Febrina Sugianto (Junior Technical Advisor NLR Indonesia).


apa-itu-penyakit-kusta

Apa itu Kusta? 

Kusta adalah jenis penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini biasanya menyerang kulit, sistem jaringan saraf perifer, mata, dan selaput lendir. 

Kusta terbilang penyakit yang sangat langka. Hal ini pun dibuktikan dengan sudah jarangnya bahkan tidak pernahnya lagi orang-orang membahas terkait penyakit kusta ini.

Namun faktanya, hingga saat ini penyakit kusta masih banyak menyerang orang-orang di sekitar kita. Hal ini pun membuatku tercengang.

Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan kasus pasien kusta terbanyak ketiga di dunia. Wow, bukankah ini sebuah fakta yang mengejutkan, di tengah ketidaktahuan kita akan penyakit ini yang sebenarnya.

Berdasarkan data, di Indonesia setidaknya terdapat kurang dari 15 ribu kasus kusta untuk per tahunnya. 

Dari mengikuti talkshow ini, benar-benar telah memberi insight dan membuka mata betapa penyakit kusta ini nyata dan patut mendapat perhatian yang layak, baik dari masyarakat, lingkungan, orang terdekat, hingga pemerintah. 

Karena ternyata penyakit kusta termasuk salah satu penyakit serius, di mana salah satu akibat yang ditimbulkannya adalah dapat menyebabkan disabilitas. 

Benarkah Penyakit Kusta Adalah Kutukan?

Hal lainnya yang membuatku prihatin adalah sikap sebagian besar masyarakat yang menilai penyakit kusta sebagai penyakit kutukan.  Stigma inilah yang pada akhirnya membuat para penderita kusta tertutup, tidak nyaman beraktivitas, hingga malu untuk berobat.


apa-itu-penyakit-kusta
Ilustrasi penderita kusta akibat stigma masyarakat/pixabay/whoismargot

Mengapa ada stigma di masyarakat yang menganggap kusta sebagai ‘kutukan’?

Hal ini terjadi karena kusta adalah penyakit menular yang sudah ada sejak zaman Nabi Nuh AS, yang hingga saat ini masih ada, sehingga pemikiran kebanyakan orang adalah bahwa kusta merupakan suatu kutukan, azab, atau pun ganjaran karena seseorang telah melakukan hal yang tidak baik.

Pemikiran ini pun kian subur karena masih kurangnya sosialisasi mengenai apa itu kusta, apa penyebabnya, bagaimana penyebarannya, dan bagaimana cara menanganinya. 

Apakah Penyakit Kusta Bisa Disembuhkan? 

Perlu diketahui, kusta bukanlah penyakit genetik (keturunan). Namun, ia memang termasuk salah satu penyakit kronis. 

Kendati demikian, bukan berarti kusta tidak dapat disembuhkan. Dari penuturan yang disampaikan oleh  dr. Febrina Sugianto, penyakit ini masih bisa disembuhkan jika segera dilakukan tindakan tepat dan ditangani oleh tenaga medis profesional. 

Apabila penderita tidak mendapatkan penanganan tepat, maka kusta dapat bertahan bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Jadi, sangat penting untuk menjalani pengobatan yang tepat, intensif hingga tuntas.

Kusta dapat disembuhkan dengan terapi sejumlah obat selama 6-12 bulan untuk kusta kering dan 12-18 bulan untuk kusta basah. Terapi ini tidak boleh putus,ya teman-teman. 


apa-itu-penyakit-kusta

Dengan adanya penanganan dini dan pengobatan intensif, maka akan menghindarkan pasien dari kecacatan.

Bagaimana Penularan Penyakit Kusta? 

Kusta tidak menular jika bersentuhan langsung. Tetapi penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak yang lama (20 jam per minggu) dengan penderita kusta yang belum berobat.  

Selain itu, kusta ditularkan juga melalui percikan cairan (droplet), seperti saat bersin, membuang dahak, atau batuk. Dengan kata lain, penyakit kusta termasuk jenis penyakit kulit menular yang tidak mudah menular.

Gejala Penyakit Kusta

Deteksi awal kusta dapat diketahui melalui gejala-gejala yang ada di kulit, yaitu adanya bercak putih/kemerahan pada kulit seperti panu atau kurap. Bercak tersebut tidak ada rasa dan tidak gatal. Bercak bisa muncul di seluruh tubuh, seperti di sekitar pelipis mata, badan, punggung, atau kaki. 

Deteksi awal kusta ini sangat penting untuk dilakukan guna menghindari terjadinya disabilitas. Karena ternyata banyak sekali penderita yang baru datang ke puskesmas saat hampir mengalami disabilitas.  

Hal ini tetunya lagi-lagi disebabkan kurangnya edukasi dan masih kuatnya stigma yang beredar di masyarakat terkait penyakit kusta. Sehingga, banyak penderita kusta terlambat ditangani. Padahal, jika mereka paham akan gelaja awal yang dialami, tentu disabilitas dapat dicegah.


apa-itu-penyakit-kusta
Ilustrasi disabilitas akibat kusta yang terlambat ditangani/pixabay/Stevepb

Jika, teman-teman melihat atau menemukan gejala kusta, sebaiknya segera lakukan deteksi awal dan segera cek kesehatan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. 

Dalam talkshow KBR, dokter Febrina mengatakan bahwa perawatan dini kusta bisa dilakukan dengan prinsip 3M, yaitu : Memeriksa, Merawat dan Melindungi bagian tubuhnya yang disabilitas.

Dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, maka kusta bisa dicegah. Selain itu, tracing juga perlu dilakukan untuk mengetahui gejala awal supaya tidak terlambat ditangani.

Program Kepedulian NLR dan PT Dahana Terhadap Kusta

NLR adalah sebuah organisasi non pemerintah yang fokus pada upaya menanggulangi kusta dan konsekwensinya di seluruh dunia, dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas), dan zero exclusion (nihil eksklusi). 

Dokter Febriana menerangkan bagaimana NLR melakukan edukasi kepada masyarakat, terutama orang tua dengan anak yang mengalami kusta, tentang bagaimana cara pengasuhan dan perawatannya, sehingga kesehatan anak lebih terjamin.

Sementara, Eman Suherman menjelaskan apa saja yang menjadi program PT Dahana (Persero) dalam usaha wujudkan Indonesia sehat dan bebas kusta, yaitu melakukan pengobatan massal, tracing, memberikan bantuan alat dan sarana perlindungan diri, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi.

Dalam sektor perusahaan BUMN, Pak Eman selaku perwakilan dari PT. Dahana menyampaikan bahwa pihaknya juga telah menjalin kerja sama dengan puskesmas dan kader kesehatan di desa. 

Upaya pengobatan gratis, sosialisasi dan edukasi  juga telah dilakukan supaya masyarakat sekitar lebih peduli bukan hanya pada penderita tetapi juga orang terdekat penderita, mereka juga jadi lebih paham tentang kusta, gejalanya, dan apa yang harus dilakukan bila terinfeksi.


apa-itu-penyakit-kusta
Penanganan dini bisa mencegak kecacatan pasien/pixabay/mohamed_hassan

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mewujudkan Indonesia Bebas penyakit kusta

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memiliki beberapa program pengendalian kusta, yang di antaranya adalah pemberian obat pencegahan kusta, pelatihan deteksi dini untuk tenaga kesehatan dan masyarakat, menyuplai dana untuk mendukung Indonesia bebas kusta, kampanye, sosialisasi aktif, hingga melibatkan para tokoh masyarakat serta agama untuk sosialisasi dan edukasi. 

Sebagai informasi, pengobatan kusta ini dapat dilakukan di puskesmas secara gratis. Hal ini juga merupakan bagian dari perhatian khusus pemerintah dalam mengurangi jumlah penderita kusta di Indonesia. Bahkan alokasi dana untuk kusta per tahunnya terus meningkat dari pemerintah.

Dokter Ferbina mengatkan, selama pandemi Covid-19 ada penurunan penderita kusta dari angka 300 menjadi 100. 

Hal ini tentu kabar baik karena orang-orang jarang berinteraksi sehingga dapat mengurangi potensi penularannya. Namun, di satu sisi kabar ini juga bisa dianggap buruk, penurunan ini bisa jadi karena adanya social distancing (pembatasan gerak) selama pandemi, sehingga tracing penderita pun kurang maksimal.

Dalam pejelasannya, dr. Febrina menekankan bahwa penyakit kusta ini tidak akan bisa hilang dari Indonesia, jika tidak ada peran aktif dari berbagai pihak, mulai pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat dan orang-orang terdekat. 

Sebagai blogger dan masyarakat yang peduli pada sesama, kita harus mulai peka dan terus menyebarkan informasi ini kepada masyarakat agar lebih banyak lagi yang paham tentang kusta, sehingga dapat mengurangi jumlah penderita dan membantu penyembuhan penderita lebih cepat. 

Selain itu, kita juga harus menyemangati mereka untuk sembuh dan tetap aktif beraktifitas, tidak usah minder apalagi sampai malu berobat. 

Nggak kebayang jika masih banyak yang belum paham dan mengalami gejalanya. Seperti yang diketahui, gejalanya itu menyerupai panu. Bisa saja penderita hanya menggunakan obat panu biasa atau bahkan membiarkannya sembuh sendiri. 

Karena kebanyakan menganggap panu bukan penyakit berbahaya. Faktanya itu adalah kusta. Terlebih kebiasaan kebanyakan orang terhadap penyakit yang dianggap tidak serius adalah “Nanti juga sembuh sendiri.

Semoga dengan adanya informasi tepat, edukasi, dan sosialisasi serta peran aktif kita semua, bias bisa mewujudkan Indonesia sehat dan bebas kusta.




Posting Komentar

 
Top