0
Najwa Shihab di acara Gerakan Lampung Membaca
Foto: Tapis Blogger

Iqro. Bacalah. Sebuah kata pertama dalam kitab suci Alquran  (Al-Alaq: 1-5), dan juga merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada manusia paling mulia di muka bumi, Nabi Muhammad SAW. Hal ini menandakan bahwa aktivitas membaca adalah sebuah kegiatan penting dan bahkan Islam sangat menganjurkannya. Sayangnya sebagian orang masih menganggap bahwa membaca adalah kegiatan yang membosankan.


"Pengetahuan adalah kekuatan, siapapun pelakunya. Bahkan Fir'aun yang abadi dalam sejarah, ternyata kekuasaannya dibangun tidak semata-mata dengan kekuatan militer. Pada saat berkuasa, Fir'aun memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi 20.000 buku." ( Francis Bacon)


Sebuah survey yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain sejak 2013-2014, menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara  dalam hal membaca. Posisi ini hanya unggul satu tingkat di atas Bostwana yang berada di urutan terakahir. Sedangkan peringkat pertama diduduki oleh negara Finlandia. (Sumber: Media Indonesia, Selasa, 30 Agustus 2016).


Fakta di atas tentu sangat mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Namun apakah sudah benar Indonesia masuk kategori negara paling bontot dalam hal minat baca? Karena dari yang saya perhatikan setiap ada event pameran atau bazar buku, misalnya IBF (Islamic Book Fair), pameran buku Islam terbesar di Asia Tenggara, dan BBW (Big Bad Wolf), bazar buku terbesar di dunia, atau bazar-bazar buku lainnya yang digelar toko buku seperti Gramedia, itu antusias masyarakat Indonesia sangat luar biasa. Lalu apa yang menyebabkan survey yang bertajuk "World's Most Literate Nations" yang digelar Central Connecticut State University itu menempatkan Indonesia di urutan 60? 


Setelah saya telusuri situs resminya di www.ccsu.edu/wmln, di situ saya menemukan bahwa peringkat ini tidak ditentukan dari kemampuan membaca, namun prilaku membacanya.


"The World most literate nations (WMLN) ranks nations on - not their populace's ability to read but rather their populace's literate behaviour and their supporting resources. The ranking are based on five categories standing as indicators of the literate health of nations: libraries, newspapers, education inputs and outputs, and computer availability."


Ini tentunya menjadi PR kita bersama untuk memdongkrak prilaku membaca bangsa Indonesia. Ini bukan lagi tugas pemerintah semata atau organisasi-organisasi terkait. Hendaknya setiap orang mempunyai kepedulian agar masyarakat Indonesia tidak lagi dianggap buta literatur. Lampung adalah salah satu provinsi di Indonesia yang tengah gencar menggalakkan program membaca. Hal ini dapat dilihat dengan hadirnya beberapa komunitas baca, dan usaha para pemuda yang rela meluangkan waktunya demi memenuhi hasrat membaca masyarakat. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah.


Gerakan lampung Membaca
Foto: Koleksi Tapis Blogger

Upaya menggalakkan minat baca turut didukung penuh oleh Pemprov Lampung. Dan pada Kamis, 28 September 2017, Pemprov Lampung mencanangkan "Gerakan Lampung Membaca". Acara ini diadakan di Lapangan Korpri kantor Gubernur, dengan menghadirkan Najwa Shihab sebagai duta baca Indonesia. Selain Najwa Shihab, hadir juga Kepala Perpustakaan Nasional M. Syarif Bando, Ketua DPRD provinsi Lampung Defi Afrizal, duta baca Lampung Yustin Ficardo, dan penggiat literasi M. Hasan Ashari. Acara yang dimulai sejak pukul 09:00 WIB ini dihadiri oleh ratusan orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, komunitas, penggiat literasi, dan masyarakat umum.


Suasana acara Gerakan Lampung Membaca

Persembahan tari tradisional dari Siswi-siswi
SMAN 2 Bandarlampung

Acara dibuka dengan persembahan tari tradisional yang dibawakan oleh siswi-siswi SMAN 2 Bandarlampung. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Gubernur Lampung Rido Ficardo, Kepala Perpusnas M. Syarif Bando, Ketua DPRD Lampung Dedi Afrizal, dan duta baca Indonesia Najwa Shihab. Dalam acara ini diserahkan pula satu unit mobil perpustakaan keliling oleh kepala Perpusnas RI kepada Provinsi Lampung. Sementara itu Gubernur Lampung menyerahkan bantuan 15 unit motor buku keliling kepada Dinas kearsipan Kabupaten dan Kota di Lampung. Najwa Shihab sendiri sebagai duta baca Indonesia menyerahkan sejumlah buku bacaan kepada komunitas yang ada di Lampung.


Penyerahan mobil perpustakaan keliling dari
kepala Perpusnas ke Pemprov lampung
Foto: Tapis Blogger

Dalam acara pencanangan Gerakan Lampung Membaca Gubernur Lampung Rido Ficardo mengatakan akan membangun sebuah perpustakaan modern di Lampung, agar bisa menarik minat masyarakat untuk gemar mengunjungi perpustakaan. Rencana ini mendapat apresiasi dari kepala Perpusnas RI, yang disaat sambutannya mengatakan bahwa Gubernur Lampung adalah Gubernur kedua yang membangun gedung perpustakaan setelah Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno.

Dalam sambutannya Gubernur Lampung Rido Ficardo menyatakan bahwa prilaku membaca yang minim disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah adanya kesenjangan wilayah ketersediaan buku antara daerah dan kota. Gubernur juga mengajak masyarakat, khususnya yang hadir untuk mulai gemar membaca. Karena jika tidak membaca maka akan tersesat, dan sulit membaca peluang serta situasi di sekitar kita. Terlebih di tahun 2019, eranya Pemilu di Indonesia. Apapun yang dibangun hari ini tidak akan ada gunanya jika generasinya tidak punya pengetahuan. Dan semua itu modal dasarnya adalah dengan rajin membaca.

Menurut Najwa Shihab, selama pengalamanya berkeliling Indonesia sebagai duta baca, ditemukan fakta bahwa sebenarnya minat baca masyarakat cukup baik. Namun hal ini terkendala oleh akses ke bahan bacaan yang sulit. Sehingga mereka tidak punya kesempatan untuk menikmati bahan bacaan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan kepala Perpusnas M. Syarif Bando yang mengatakan bahwa di setiap negara modern, pasti ada perpustakaan modern di dalamnya. Indonesia, secara De Facto, budaya baca masyarakat itu tinggi. Namun masih banyak yang harus diperbaiki. Masyarakat, terutama di daerah masih kesulitan mendapatkan fasilitas ruang membaca dan bahan bacaan.


 Lirik lagu Mars Perpustakaan


Kesejahtraan itu ada pada kemampuan berpikir. Karena pemikir itu adalah pemenang. Dengan membaca, akan menjadikan seseorang lebih bijak, dapat berpikir tenang, mempunyai keluasan hati dam toleransi. Intinya aktivitas membaca itu memberikan banyak manfaat baik. Seorang Najwa Shihab mengatakan bahwa ia sangat beruntung terlahir di keluarga pendidik dan punya banyak buku di rumah. Menumbuhkan minat baca itu harus dilatih. Misalnya dengan cara dicicil. Buat jadwal rutinitas untuk membaca.



Foto: Tapis Blogger
Gerakan lampung membaca bersama Najwa Shihab
Foto:Tapis Blogger

Anggota tapis Blogger di acara Gerakan Lampung membaca
 bersama Najwa shihab
Foto: Tapis Blogger

Gubernur Lampung  Rido Ficardo menyarankan minimal luangkan waktu sehari selama  30 menit untuk membaca. Sedangkan Najwa Shihab menyarankan minimal 20 menit. Intinya kita bangun sebuah kebiasaan dulu. Mulailah dengan membaca buku yang disukai. Atau informasi apapun yang bermanfaat. Tidak harus buku, yang penting membaca itu bisa membuat kita nyaman. Terlebih di era digital saat ini, yang menyediakan banyak peluang untuk mendapatkan bahan bacaan. Jangan sia-siakan teknologi yang ada hanya untuk memenuhi kesenangan bermain game, bermedia sosial ria, atau aktivitas lainnya yang kurang bermanfaat.


"Saya siap jadi provokator agar banyak orang suka membaca. Membaca adalah investasi termudah. Jika kita menghabiskan uang di otak, tidak akan ada yang mencuri." (Najwa Shihab)


Foto: Tapis Blogger

Acara gerakan Lampung Membaca yang dikemas ala talkshow ini ditutup dengan undian kupon memperebutkan 15 unit sepeda dari Pemprov Lampung. Hadiah ini banyak dimenangkan para pelajar yang hadir hari itu. Mari jadikan membaca sebagai budaya masyarakat Indonesia.


#GerakanLampungMembaca #BloggerLampung #TapisBlogger #NajwaShihab #PerdaLiterasi

Posting Komentar

 
Top