0
Laptop AI ASUS Zenbook S14 OLED


“Kalau laptop bisa bantu saya menyusun soal grammar dalam satu kali klik, buat konten video anti boring untuk materi listening di kelas Intermediate, hingga menilai tugas murid lebih efektif dan efisien, … saya akan peluk dia tiap pagi.”

Ini adalah bukan sebuah kalimat promosi. Tetapi merupakan curahan hati seorang guru Bahasa Inggris kelas Basics, Elementary, hingga Intermediate yang sedang berjuang di tengah tumpukan tugas, jadwal yang padat, dan murid yang kadang lebih paham TikTok dari pada Tenses.

Saya bukanlah reviewer gadget atau pun influencer teknologi. Saya hanyalah guru biasa yang hampir setiap hari berusaha membuat materi reading comprehension dan listening menarik dan terasa relevan, mengajari murid menciptakan karya esai yang bukan hasil copy-paste, hingga membantu mereka bisa berbicara dalam Bahasa Inggris tanpa malu atau takut salah grammar.

Namun di sisi lain, saya juga tahu satu hal, jika sebuah teknologi bisa mengerti akan kebutuhan guru, maka hal itu tidak hanya canggih. Itu adalah sebuah revolusioner luar biasa bagi dunia pendidikan di era digital.

Pengalaman dan Tantangan 10 Tahun Mengajar Bahasa Inggris di Lampung, Secuil Kisah Guru di Era Digital

Kurang lebih 10 tahun Saya mengajar Bahasa Inggris di Institusi Bahasa Asing dan sekolah swasta di Lampung.

Bagi saya, mengabdi sebagai pendidik selama satu dekade ini sudah membuat saya cukup terbiasa menghadapi berbagai karakter murid mulai level Basics (SD-SMP) hingga Intermediate (SMA, mahasiswa, dan umum), kurikulum yang berubah, hingga tentang dinamika ruang kelas.

Awalnya, saya merasa cukup nyaman dengan mengajar metode konvensional, di mana hampir setiap hari memegang buku teks, mengaplikasikan penjelasan materi di papan tulis, dan interaksi langsung di kelas.

Tapi dunia pendidikan berubah cepat dan ketika badai pandemi datang, di mana pembelajaran beralih ke ranah digital, saya merasa seperti dilempar ke kolam dalam tanpa diberi pelampung.

Saya harus belajar menggunakan Zoom, Google Classroom, dan berbagai platform digital lainnya. Jujur, teknologi memang canggih karena bisa memudahkan apapun, tapi ia juga membuat saya cemas karena saat itu lumayan agak ngos-ngosan mengimbangi sistem pembelajaran digital.

Masih teringat di hari pertama mengajar melalui Zoom. Saat itu saya gugup, bukan karena tidak menguasai materi, tapi karena teknologinya.

Saya sempat salah share screen yang membuat saya dan murid-murid tertawa dan pernah juga lupa unmute saat menjelaskan grammar, yang membuat murid saya hanya melihat bibir bergerak tanpa suara seperti sedang nonton film bisu.

Saya pun tertawa setelah menyadarinya, meski sebenarnya saat itu ingin menghilang sejenak.

Kendati demikian, tantangan terbesar bukanlah soal teknis. Saya harus memahami ritme baru tentang murid yang tidak bisa selalu hadir tepat waktu karena sinyal buruk, murid yang kadang hanya diam saat ditanya “any questions” karena malu berbicara di depan kamera, hingga soal murid yang mengirim tugas dini hari karena harus bergantian ponsel dengan adik-adiknya.

Saya pun mulai mencari cara agar pembelajaran daring tetap bermakna. Saya mulai berusaha keras belajar dan mencoba berbagai platform, termasuk aplikasi pembuat soal interaktif. Akhirnya saya pun merasakan bahwa teknologi bisa jadi sekutu, bukan musuh selama kita bisa bijak memanfaatkannya.

Namun, saya sadar teknologi tidak bisa menggantikan sentuhan manusia, ia hanyalah alat. Yang terpenting adalah tetap menjaga hubungan baik antara guru dan murid.

Walaupun saat saya menyapa atau menanyakan apa yang mereka rasakan hanya dijawab singkat atau berujung curhat panjang, tetapi saya sadar bahwa itu adalah bagian dari proses belajar yang tak bisa digantikan oleh algoritma.

Menjadi guru di era digital bukan sekadar menyampaikan materi, tapi juga soal menjaga koneksi emosional yang kerap terancam hilang di balik layar.

Kini, saya mengajar dengan laptop di meja, berbagai platform digital yang siap sebagai asisten, hingga teknologi AI yang kini makin memudahkan berbagai bidang kerja.

Saya tidak lagi takut pada perubahan, karena bagi saya esensi mengajar tetap sama, yakni menyentuh kehidupan orang lain, memberi makna, dan menjadi bagian kecil dari perjalanan mereka.

Saya bangga bisa beradaptasi, bertahan, tetap semangat, dan tetap mencintai profesi sebagai guru meski jalannya kini dipenuhi tantangan digital.

Ketika Teknologi AI Menyentuh Dunia Pendidikan

Di tengah gelombang revolusi teknologi, hadirnya kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan digital kita. AI (Artificial Intelligence) hadir di tengah masyarakat modern untuk membantu, menyederhanakan, hingga mampu mempercepat berbagai aktivitas, termasuk bagi para tenaga pendidik.

Itulah mengapa peran seorang pendidik di era pendidikan digital tidak lagi hanya sebatas menyampaikan materi. Guru juga menjadi penyusun soal, desainer presentasi, kreator konten, hingga editor video.

Dengan hadirnya teknologi AI, otomatis dapat makin memudahkan proses pembelajaran dan menanamkan sifat mandiri dalam diri pelajar, sehingga guru tidak lagi dibebani dengan peran dominan.

Untuk bisa melakukan semua peran itu dengan baik, tentunya dibutuhkan perangkat kerja yang bukan hanya cepat, tapi juga cerdas. Di sinilah saya pun mulai membayangkan, bagaimana jika saya punya laptop cerdas seperti ASUS Zenbook S14OLED (UX5406SA)? Sebuah laptop AI yang nggak sok pintar, tetapi benaran bisa bantu.

ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), Laptop AI dengan Peforma NPU 45+ TOPS

Di setiap ruang kelas saya, teknologi kini bukan lagi sebagai tamu atau sesuatu yang asing, tetapi ia sudah menjadi penghuni tetap. Namun AI (Artificial Intelligence) adalah hal yang baru.

Kini, ASUS menghadirkan laptop cerdas dengan teknologi AI yang katanya bisa menjalanlan fitur AI secara real time, yakni Zenbook S14 OLED (UX5406SA).


ASUS Zenbook S14 OLED


Zenbook S14 OLED (UX5406SA) merupakan salah satu laptop AI dengan performa NPU 45+ TOPS.

TOPS di sini bukan singkatan “Tugas Orang Paling Sibuk”, tapi ini adalah performa AI yang diyakini bisa membantu kerja lebih cepat, lebih cerdas, lebih efisien, lebih kreatif, dan lebih hemat energi.

Sepertinya memang sangat cocok untuk guru multitasking dari pagi hingga malam dan dari kelas sampai ke grup WhatsApp wali murid. Terlebih buat guru yang kadang mengajar di ruang kelas dengan Wi-Fi- lebih lemah dari sinyal hati mantan (just kidding).

Nah, waktu saya mendengar dan membaca tentang ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) ini, saya tidak langsung berpikir “wah, speknya luar biasa canggih.” Tetapi saya mikir, “ini laptop bisa bantu saya ngajar nggak ya? Atau dia hanya untuk pekerja digital atau kreator konten?”

Ternyata jawabannya bisa banget. Tentu senang sekali jika laptop ini bisa jadi partner kerja mendidik generasi bangsa menuju Indonesia Emas, bukan?

ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) sangat cocok untuk menjalankan aplikasi-aplikasi modern yang sudah mendukung teknologi AI. ASUS Zenbook S14 (UX5406SA) sudah diperkuat oleh Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V 32GB 2.2GHz yang memiliki 8 core dan 8 thread. Prosesor tersebut dilengkapi dengan Intel® Arc™ Graphics serta chip AI berbasis Intel® AI Boost NPU dengan kecepatan hingga 47 TOPS.


ASUS Zenbook S14 OLED NPU 45+ TOPS

Apa Saja yang Bisa Dilakukan Laptop AI Ini untuk Guru Seperti Saya?

Saya percaya, pendidikan itu bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga tentang inspirasi dan kolaborasi. Laptop AI seperti ASUS Zenbook S14 OLED ini telah membuka pintu untuk keduanya.

Meskipun kini saya belum memilikinya, namun dari berbagai referensi bacaan tentang laptop ini, saya sudah bisa membayangkan dampaknya. Dengan laptop ini suasana kelas akan lebih interaktif, tugas bisa lebih cepat dikoreksi, dan guru pun akhirnya bisa punya waktu lebih untuk sekadar menikmati minum teh favorit tanpa tergesa-gesa.

Karena sejatinya teknologi terbaik itu bukanlah yang paling rumit. Tapi yang paling bisa memahami kita.

Dan jika laptop AI ini bisa membuat guru lebih produktif, energik, kreatif, dan tetap waras di tengah hantaman kurikulum yang terus berubah, maka ini bukan sekadar inovasi, namun ini adalah revolusi pendidikan.

AI + Guru Bahasa Inggris adalah kombinasi yang tak terjemahkan.

Bayangkan hal ini:

Saya ingin membuat latihan soal grammar untuk siswa kelas Intermediate. AI pun langsung menyusun soal, memberikan penjelasannya, hingga ia juga menyarankan contoh kalimat yang “Instagrammable”.

Selanjutnya, siswa mengirimkan esai. AI membantu saya memeriksa grammar, ejaan, dan gaya bahasa. Lalu saya hanya perlu fokus pada isi dan kreativitas mereka.

Lainnya, saya ingin membuat video pembelajaran yang menarik. AI pun bantu edit, menambahkan subtitle otomatis, bahkan menyarankan musik latar yang “tidak bikin ngantuk”.

Dan semua itu bisa banget dilakukan tanpa harus membuka 10 tab dan 3 aplikasi berbeda. Karena Laptop AI seperti Zenbook S14 OLED ini mampu menyatukan semuanya dalam satu perangkat yang... jujur saja, lebih multitasking daripada saya saat ujian nasional.


Zenbook S14 OLED Laptop AI


Ia sungguh bisa diandalkan sebagai asisten digital yang memahami ritme dan kebutuhan kelas saya. Karena ia juga bisa membantu saya tetap waras di tengah tumpukan tugas dan deadline.

Dan ternyata semua itu bisa dilakukan Laptop AI dengan RAM 32GB LPDDR5X dan SSD 1TB PCIe 4.0 yang dimiliki ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), yang bikin laptop ini bisa ngebut seperti murid-murid yang bergegas keluar kelas pas bel pulang sekolah.

Zenbook S14 OLED: Tipis dan Ringan, Tapi Tidak Ringkih

Zenbook S14 OLED ini bodinya tipis banget, hanya 1,19 cm dan beratnya 1,2 kg. apakah tidak ringkih? Jawabannya tidak, karena bodinya sudah pakai material eksklusif Ceraluminum™ yang dikembangkan selama empat tahun.


Zenbook S14 OLED yang super tipis tapi tidak ringkih


Laptop ini memang tidak hanya cantik dan elegan, tetapi juga tangguh. Wah, saya guru yang tasnya kerap penuh dengan buku, kotak pensil, alat sholat, botol minum, hingga botol makanan kucing, makin kesengsem nih sama Zenbook S14 OLED.

Menariknya lagi, desain laptop ini juga menggunakan teknologi CNC milling, yang membuat detailnya presisi banget. Touchpad-nya pun luas, sehingga nyaman menyentuh setiap keyboard-nya.

Selain itu ada Copilot Key yang bisa langsung memanggil AI Windows untuk membantu kerjaan kita. Satu tombol dengan membawa banyak solusi.

Menurut saya, ASUS Zenbook S14 OLED ini bukan unggul sebagai laptop tipis dan canggih. Namun perangkat teknologi yang punya potensi untuk menjadi alat revolusi pendidikan, terutama untuk para guru atau tenaga pendidik lainnya yang ingin mengajar dengan cara lebih kreatif, efisien, efektif, dan manusiawi.

Visual dan Audio ASUS S14 OLED Bisa Bikin Kelas Lebih Hidup

Layar sentuh yang digunakan pada laptop ini memakai ASUS Lumina OLED 3K, refresh rate 120Hz, dan color gamut 100 persen DCI-P3. Ini sih sangat cocok untuk keperluan presentasi, nonton video edukatif, dan movie analisis.

Bagaimana dengan audionya? Sudah dilengkapi empat speaker Harman Kardon dengan Dolby Atmos®.

Jadi, kalau saya sedang memutar reading comprehension atau puisi dengan musik latar, yakin deh suasana kelas yang biasanya boring untuk materi ini bisa berubah dari “kok sepi banget” jadi “kok jadi melow gini ya, Miss?”

Baterai Tahan Lebih Lama

Laptop ini ditenagai baterai 72WHrs, yang menurut UL Procyon Battery Test, bisa tahan lebih dari 18 jam untuk melakukan kerja produktif dan 23 jam dalam mode idle.

Jika seperti itu kondisi baterainya, saya tidak perlu lagi ribet bawa charger kemana-mana atau pusing cari colokan listrik, karena bisa ngajar kelas pagi sampai sore dengan tenang, kemudian lanjut buat materi soal di rumah, dan masih tersisa baterai cukup untuk nonton film favorit sebelum tidur.


Baterai tahan lama ASUS Zenbook S14 OLED


Pertanyaannya, Apa Itu NPU, Si Otak AI di dalam Laptop Modern?

NPU (Neural Processing Unit) merupakan komponen khusus yang ada di dalam laptop modern, dirancang untuk menjalankan berbagai tugas berbasis kecerdasan buatan (AI).

Dengan adanya NPU, kinerja laptop akan lebih bagus dan efisien. Dan inilah yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan di dunia serba digital saat ini, tak terkecuali bagi dunia pendidikan.

Jika CPU adalah otak umum dan GPU otak visual, maka NPU itu adalah otak AI, yang punya kemapuan spesial untuk hal seperti:

  1. Pengenalan gambar dan suara
  2. Terjemahan bahasa dengan secara real-time
  3. Efek video yang cerdas (blur latar, eye contact, framing otomatis)
  4. Analisis teks dan data dengan kecepatan yang tinggi

Lantas, kapan waktu yang tepat harus ganti ke Laptop dengan NPU?

Jika laptop yang kita punya baterainya sudah tidak tahan lama, apalagi kalau bahkan harus bawa chager kemana-mana karena laptop tidak akan hidup jika tidak tersambung ke listrik, alias baterai telah bocor.

Saat memiliki pekerjaan yang banyak berhubungan dengan konten kreatif.

NPU sangat memungkinkan mengerjakan semua hal yang berhubungan dengan AI lebih spesifik. Karena manfaat utamanya adalah membuat pemrosesan AI lebih efisien, baterai awet, dan kerja jadi lebih cepat.

Lalu, bisakah proses AI dijalankan tanpa NPU?

Bisa, namun kinerjanya tidak efisien karena bukan spesialis. Prosessing lebih lambat karena daya yang dibutuhkan besar.

Bagaimana jika laptop jadul di-upgrade saja? Tidak bisa, karena NPU itu adalah bagian dai hardware yang sudah melekat di perangkat. Jadi, intinya memang harus ganti laptop.

Apa Itu TOPS dan Kenapa Harus 45+?

TOPS atau Tera Operations Per Second, adalah kemampuan chip untuk melakukan sejumlah besar (hingga triliunan) operasi per detik. Semakin tinggi TOPS-nya, maka semakin cepat dan efisien kinerja laptop dalam menjalankan fitur AI. Dengan kata lain, semakin tinggi TOPS, kerja otak digital laptop pun makin cepat.

Mengapa harus 45+ TOPS?

Nilai 45+ TOPS ini adalah standar baru untuk perangkat yang ingin mendukung AI generatif dan aplikasi berat berbasis machine learning. Karena dengan angka tersebut, maka perangkat laptop memiliki keunggulan berikut:

Kinerjanya Jadi Super Cepat

NPU yang didukung dengan 45+ TOPS mampu memproses data dalam jumlah yang besar secara real-time, membuat perangkat kita lebih responsif, dan cerdas.

Efisiensi Energi

Meski memiliki performa tinggi, namun NPU dengan TOPS yang besar biasanya telah dirancang hemat daya. Hal ini sangat penting untuk perangkat mobile seperti laptop, karena dengan penggunaannya yang kerap dipakai lama, laptop butuh daya tahan baterai yang panjang.

Kemampuan AI yang Lebih Canggih

Dengan hadirnya TOPS tinggi, laptop bisa menjalankan model AI yang lebih kompleks, seperti chatbot generatif, asisten virtual yang lebih natural, sistem rekomendasi pintar, hingga diting foto/video berbasis AI.

Manfaat Utama NPU 45+ TOPS

Di era kecerdasan buatan yang kini semakin mendominasi teknologi modern, performa perangkat digital tak lagi hanya ditentukan oleh CPU atau GPU. Kini, dengan adanya tambahan NPU pada laptop modern dengan kemampuan 45+ TOPS, telah menjadi kunci utama dalam menghadirkan pengalaman AI yang lebih cepat, efisien, serta revolusioner.

Pernah nggak bertanya-tanya tentang bagaimana sebuah smartphone kini bisa mengenali wajah, menerjemahkan bahasa, hingga membuat gambar dari teks?

Jawabannya ada pada NPU, dan yang didukung oleh 45+ TOPS adalah bukan sekadar perangkat pintar, tapi jenius.

Berikut adalah keunggulannya:

  1. NPU dapat menghemat baterai karena tidak membebani kerja CPU/GPU. Jadi memang sangat cocok untuk kerja mobile, rapat daring, atau nonton film marathon sambil koreksi tugas atau hal lainnya.
  2. Privasi lebih aman, karena data tidak dikirim ke server. Jadi, curhatan kita ke Copilot tetap rahasia. Bahkan si Copilot nggak akan bisa ghibahin kita ke cloud.
  3. Fitur seperti noise cancellation, live caption, dan image generation bisa dijalankan langsung tanpa drama delay, karena memang respons-nya cepat dan real time. Pas banget untuk kreator aktif, guru, dan multitasker sejati.
  4. Bisa lakukan kerja multitasking tanpa lemot, di mana NPU ambil alih tugas AI, CPU fokus ke aplikasi, GPU fokus ke visual. Semuanya melakukan kerja team yang solid seperti tim sepakbola yang kompak.

Ketika Laptop Bukan Sekadar Alat, Tapi Rekan Kerja

Menjadi guru itu bukan hanya tentang ngajar. Tapi juga soal kemampuan mendengarkan, memahami, hingga tak jarang jadi tempat curhat murid.

Kini sedang banyak dibahas tentang laptop (Zenbook S14 OLED) yang bisa bantu saya jadi guru yang lebih baik untuk mengantarkan generasi bangsa siap menghadapi tantangan global dan menuju Indonesia emas.

Meskipun teknologi sangat bisa diandalkan menggantikan berbagai tugas berat, tetapi saya percaya, teknologi tidak akan pernah menggantikan peran guru, namun teknologi itu bisa memperkuat peran guru.

ASUS, dengan laptop AI-nya yang istimewa, tidak hanya menawarkan spesifikasi tinggi, akan tetapi juga pemahaman akan kebutuhan nyata di dunia pendidikan. Dan ini adalah bukan sekadar laptop, tapi ia adalah partner kerja yang mumpuni.

ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) untuk Semua

Laptop AI bukan hanya untuk content creator atau programmer. Ia juga untuk guru yang ingin mengajar dengan lebih efektif, lebih kreatif, dan lebih manusiawi.

Laptop AI bukan sekadar soal kecanggihannya. Ia adalah teknologi yang bisa memahami ritme hidup kita, mendukung bidang pekerjaan kita, hingga membuat kita merasa tidak sendirian di tengah tumpukan tugas dan tekanan digital.


ASUS Zenbook S14 OLED


Intinya, laptop AI bisa diminta melakukan apa saja, kecuali diminta bantu move on, karena ia belum tentu bisa memahami patah hati seseorang.

ASUS, dengan Zenbook S14 OLED-nya, sedang menunjukkan bahwa laptop canggih ini bukan hanya untuk kerja, tetapi juga untuk berkarya dan berkembang.

Ia juga bukan hanya diperuntukkan/menyasar mereka yang bekerja di startup atau berprofesi sebagai content creator, namun juga untuk para guru, pelajar, penulis, hingga bagi siapa pun yang ingin produktif tanpa harus kehilangan sisi manusiawinya.

Karena di zaman sekarang ini, produktivitas itu bukan hanya tentang cepat, tetapi tentang cerdas, sadar, dan tetap waras.

Kesimpulan

Laptop AI dengan NPU 45+ TOPS seperti Zenbook S14 OLED (UX5406SA) adalah investasi bagi masa depan. Ia tidak hanya cepat, tapi juga cerdas, hemat energi, serta aman. Cocok untuk siapa pun yang ingin tetap produktif tanpa ribet, tak terkecuali bagi para guru di era digital.

Karena di era digital ini, kita tidak hanya butuh laptop yang bisa kerja. Kita butuh sebuah mlaptop yang bisa memahami cara kita bekerja.

Dan saya percaya, ASUS Zenbook S14 OLED dengan NPU 45+ TOPS tidak sedang berlomba memamerkan spek terbaik di kelasnya, tetapi adalah teknologi yang bisa jadi jembatan, bukan penghalang.

Jika suatu hari saya bisa punya laptop ini, saya janji akan mengajaknya lebih banyak ke ruang kelas, bukan hanya ke kafe. Karena di tempat itu ia bisa membantu saya mengubah pelajaran menjadi pengalaman. Dan menurut saya, ini adalah fungsi paling mulia dari sebuah teknologi.

Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog ASUS 45+ TOPS Advanced AI Laptop yang diadakan oleh Travelerien.


Referensi:

https://www.asus.com/id/laptops/for-home/zenbook/asus-zenbook-s-14-ux5406/techspec/

https://www.travelerien.com/2025/07/lomba-blog-asus-45-tops-advanced-ai-laptop.html

https://itb.ac.id/berita/ai-dalam-pendidikan-revolusi-pembelajaran-menuju-masa-depan-yang-lebih-cerdas/61183

https://ppg.dikdasmen.go.id/news/peranan-kecerdasan-buatan-artificial-intelligence-dalam-pendidikan

Aset Photo:

ASUS dan Travelerien

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Posting Komentar

 
Top