“Kalau
laptop bisa bantu saya menyusun soal grammar dalam satu kali klik, buat konten
video anti boring untuk materi listening di kelas Intermediate, hingga menilai
tugas murid lebih efektif dan efisien, … saya akan peluk dia tiap pagi.”
Ini
adalah bukan sebuah kalimat promosi. Tetapi merupakan curahan hati seorang guru
Bahasa Inggris kelas Basics, Elementary, hingga Intermediate yang sedang
berjuang di tengah tumpukan tugas, jadwal yang padat, dan murid yang kadang
lebih paham TikTok dari pada Tenses.
Saya
bukanlah reviewer gadget atau pun influencer teknologi. Saya hanyalah guru
biasa yang hampir setiap hari berusaha membuat materi reading comprehension dan
listening menarik dan terasa relevan, mengajari murid menciptakan karya esai
yang bukan hasil copy-paste, hingga membantu mereka bisa berbicara dalam Bahasa
Inggris tanpa malu atau takut salah grammar.
Namun
di sisi lain, saya juga tahu satu hal, jika sebuah teknologi bisa mengerti akan
kebutuhan guru, maka hal itu tidak hanya canggih. Itu adalah sebuah revolusioner
luar biasa bagi dunia pendidikan di era digital.
Pengalaman
dan Tantangan 10 Tahun Mengajar Bahasa Inggris di Lampung, Secuil Kisah Guru di
Era Digital
Kurang
lebih 10 tahun Saya mengajar Bahasa Inggris di Institusi Bahasa Asing dan sekolah
swasta di Lampung.
Bagi
saya, mengabdi sebagai pendidik selama satu dekade ini sudah membuat saya cukup
terbiasa menghadapi berbagai karakter murid mulai level Basics (SD-SMP) hingga
Intermediate (SMA, mahasiswa, dan umum), kurikulum yang berubah, hingga tentang
dinamika ruang kelas.
Awalnya,
saya merasa cukup nyaman dengan mengajar metode konvensional, di mana hampir
setiap hari memegang buku teks, mengaplikasikan penjelasan materi di papan
tulis, dan interaksi langsung di kelas.
Tapi
dunia pendidikan berubah cepat dan ketika badai pandemi datang, di mana pembelajaran
beralih ke ranah digital, saya merasa seperti dilempar ke kolam dalam tanpa diberi
pelampung.
Saya
harus belajar menggunakan Zoom, Google Classroom, dan berbagai platform digital
lainnya. Jujur, teknologi memang canggih karena bisa memudahkan apapun, tapi ia
juga membuat saya cemas karena saat itu lumayan agak ngos-ngosan mengimbangi sistem
pembelajaran digital.
Masih
teringat di hari pertama mengajar melalui Zoom. Saat itu saya gugup, bukan
karena tidak menguasai materi, tapi karena teknologinya.
Saya
sempat salah share screen yang membuat saya dan murid-murid tertawa dan pernah
juga lupa unmute saat menjelaskan grammar, yang membuat murid saya hanya
melihat bibir bergerak tanpa suara seperti sedang nonton film bisu.
Saya
pun tertawa setelah menyadarinya, meski sebenarnya saat itu ingin menghilang
sejenak.
Kendati
demikian, tantangan terbesar bukanlah soal teknis. Saya harus memahami ritme
baru tentang murid yang tidak bisa selalu hadir tepat waktu karena sinyal
buruk, murid yang kadang hanya diam saat ditanya “any questions” karena malu berbicara
di depan kamera, hingga soal murid yang mengirim tugas dini hari karena harus
bergantian ponsel dengan adik-adiknya.
Saya
pun mulai mencari cara agar pembelajaran daring tetap bermakna. Saya mulai
berusaha keras belajar dan mencoba berbagai platform, termasuk aplikasi pembuat
soal interaktif. Akhirnya saya pun merasakan bahwa teknologi bisa jadi sekutu,
bukan musuh selama kita bisa bijak memanfaatkannya.
Namun,
saya sadar teknologi tidak bisa menggantikan sentuhan manusia, ia hanyalah
alat. Yang terpenting adalah tetap menjaga hubungan baik antara guru dan murid.
Walaupun
saat saya menyapa atau menanyakan apa yang mereka rasakan hanya dijawab singkat
atau berujung curhat panjang, tetapi saya sadar bahwa itu adalah bagian dari
proses belajar yang tak bisa digantikan oleh algoritma.
Menjadi
guru di era digital bukan sekadar menyampaikan materi, tapi juga soal menjaga
koneksi emosional yang kerap terancam hilang di balik layar.
Kini,
saya mengajar dengan laptop di meja, berbagai platform digital yang siap sebagai
asisten, hingga teknologi AI yang kini makin memudahkan berbagai bidang kerja.
Saya
tidak lagi takut pada perubahan, karena bagi saya esensi mengajar tetap sama, yakni
menyentuh kehidupan orang lain, memberi makna, dan menjadi bagian kecil dari
perjalanan mereka.
Saya
bangga bisa beradaptasi, bertahan, tetap semangat, dan tetap mencintai profesi sebagai
guru meski jalannya kini dipenuhi tantangan digital.
Ketika
Teknologi AI Menyentuh Dunia Pendidikan
Di
tengah gelombang revolusi teknologi, hadirnya kecerdasan buatan (AI) telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan digital kita. AI (Artificial
Intelligence) hadir di tengah masyarakat modern untuk membantu,
menyederhanakan, hingga mampu mempercepat berbagai aktivitas, termasuk bagi
para tenaga pendidik.
Itulah
mengapa peran seorang pendidik di era pendidikan digital tidak lagi hanya sebatas
menyampaikan materi. Guru juga menjadi penyusun soal, desainer presentasi, kreator
konten, hingga editor video.
Dengan
hadirnya teknologi AI, otomatis dapat makin memudahkan proses pembelajaran dan menanamkan
sifat mandiri dalam diri pelajar, sehingga guru tidak lagi dibebani dengan peran
dominan.
Untuk
bisa melakukan semua peran itu dengan baik, tentunya dibutuhkan perangkat kerja
yang bukan hanya cepat, tapi juga cerdas. Di sinilah saya pun mulai
membayangkan, bagaimana jika saya punya laptop cerdas seperti ASUS Zenbook S14OLED (UX5406SA)? Sebuah laptop AI yang nggak sok pintar, tetapi benaran bisa bantu.
ASUS
Zenbook S14 OLED (UX5406SA), Laptop AI dengan Peforma NPU 45+ TOPS
Di
setiap ruang kelas saya, teknologi kini bukan lagi sebagai tamu atau sesuatu
yang asing, tetapi ia sudah menjadi penghuni tetap. Namun AI (Artificial
Intelligence) adalah hal yang baru.
Kini,
ASUS menghadirkan laptop cerdas dengan teknologi AI yang katanya bisa
menjalanlan fitur AI secara real time, yakni Zenbook S14 OLED (UX5406SA).
Zenbook
S14 OLED (UX5406SA) merupakan salah satu laptop AI dengan performa NPU 45+ TOPS.
TOPS
di sini bukan singkatan “Tugas Orang Paling Sibuk”, tapi ini adalah performa AI
yang diyakini bisa membantu kerja lebih cepat, lebih cerdas, lebih efisien,
lebih kreatif, dan lebih hemat energi.
Sepertinya
memang sangat cocok untuk guru multitasking dari pagi hingga malam dan dari
kelas sampai ke grup WhatsApp wali murid. Terlebih buat guru yang kadang mengajar
di ruang kelas dengan Wi-Fi- lebih lemah dari sinyal hati mantan (just kidding).
Nah,
waktu saya mendengar dan membaca tentang ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) ini,
saya tidak langsung berpikir “wah, speknya luar biasa canggih.” Tetapi saya
mikir, “ini laptop bisa bantu saya ngajar nggak ya? Atau dia hanya untuk
pekerja digital atau kreator konten?”
Ternyata
jawabannya bisa banget. Tentu senang sekali jika laptop ini bisa jadi partner
kerja mendidik generasi bangsa menuju Indonesia Emas, bukan?
ASUS
Zenbook S14 OLED (UX5406SA) sangat cocok untuk menjalankan aplikasi-aplikasi
modern yang sudah mendukung teknologi AI. ASUS Zenbook S14 (UX5406SA) sudah
diperkuat oleh Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V 32GB 2.2GHz yang
memiliki 8 core dan 8 thread. Prosesor tersebut dilengkapi dengan Intel® Arc™
Graphics serta chip AI berbasis Intel® AI Boost NPU dengan kecepatan hingga 47
TOPS.
Apa
Saja yang Bisa Dilakukan Laptop AI Ini untuk Guru Seperti Saya?
Saya
percaya, pendidikan itu bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga tentang inspirasi
dan kolaborasi. Laptop AI seperti ASUS Zenbook S14 OLED ini telah membuka pintu
untuk keduanya.
Meskipun
kini saya belum memilikinya, namun dari berbagai referensi bacaan tentang
laptop ini, saya sudah bisa membayangkan dampaknya. Dengan laptop ini suasana
kelas akan lebih interaktif, tugas bisa lebih cepat dikoreksi, dan guru pun
akhirnya bisa punya waktu lebih untuk sekadar menikmati minum teh favorit tanpa
tergesa-gesa.
Karena
sejatinya teknologi terbaik itu bukanlah yang paling rumit. Tapi yang paling bisa
memahami kita.
Dan
jika laptop AI ini bisa membuat guru lebih produktif, energik, kreatif, dan
tetap waras di tengah hantaman kurikulum yang terus berubah, maka ini bukan
sekadar inovasi, namun ini adalah revolusi pendidikan.
AI
+ Guru Bahasa Inggris adalah kombinasi yang tak terjemahkan.
Bayangkan
hal ini:
Saya
ingin membuat latihan soal grammar untuk siswa kelas Intermediate. AI pun langsung
menyusun soal, memberikan penjelasannya, hingga ia juga menyarankan contoh
kalimat yang “Instagrammable”.
Selanjutnya,
siswa mengirimkan esai. AI membantu saya memeriksa grammar, ejaan, dan gaya
bahasa. Lalu saya hanya perlu fokus pada isi dan kreativitas mereka.
Lainnya,
saya ingin membuat video pembelajaran yang menarik. AI pun bantu edit, menambahkan
subtitle otomatis, bahkan menyarankan musik latar yang “tidak bikin ngantuk”.
Dan
semua itu bisa banget dilakukan tanpa harus membuka 10 tab dan 3 aplikasi
berbeda. Karena Laptop AI seperti Zenbook S14 OLED ini mampu menyatukan
semuanya dalam satu perangkat yang... jujur saja, lebih multitasking daripada saya
saat ujian nasional.
Ia
sungguh bisa diandalkan sebagai asisten digital yang memahami ritme dan
kebutuhan kelas saya. Karena ia juga bisa membantu saya tetap waras di tengah
tumpukan tugas dan deadline.
Dan
ternyata semua itu bisa dilakukan Laptop AI dengan RAM 32GB LPDDR5X dan SSD 1TB
PCIe 4.0 yang dimiliki ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), yang bikin laptop ini bisa
ngebut seperti murid-murid yang bergegas keluar kelas pas bel pulang sekolah.
Zenbook
S14 OLED: Tipis dan Ringan, Tapi Tidak Ringkih
Zenbook
S14 OLED ini bodinya tipis banget, hanya 1,19 cm dan beratnya 1,2 kg. apakah
tidak ringkih? Jawabannya tidak, karena bodinya sudah pakai material eksklusif
Ceraluminum™ yang dikembangkan selama empat tahun.
Laptop
ini memang tidak hanya cantik dan elegan, tetapi juga tangguh. Wah, saya guru
yang tasnya kerap penuh dengan buku, kotak pensil, alat sholat, botol minum,
hingga botol makanan kucing, makin kesengsem nih sama Zenbook S14 OLED.
Menariknya
lagi, desain laptop ini juga menggunakan teknologi CNC milling, yang membuat detailnya
presisi banget. Touchpad-nya pun luas, sehingga nyaman menyentuh setiap keyboard-nya.
Selain
itu ada Copilot Key yang bisa langsung memanggil AI Windows untuk membantu
kerjaan kita. Satu tombol dengan membawa banyak solusi.
Menurut
saya, ASUS Zenbook S14 OLED ini bukan unggul sebagai laptop tipis dan canggih. Namun
perangkat teknologi yang punya potensi untuk menjadi alat revolusi pendidikan,
terutama untuk para guru atau tenaga pendidik lainnya yang ingin mengajar
dengan cara lebih kreatif, efisien, efektif, dan manusiawi.
Visual
dan Audio ASUS S14 OLED Bisa Bikin Kelas Lebih Hidup
Layar
sentuh yang digunakan pada laptop ini memakai ASUS Lumina OLED 3K, refresh rate
120Hz, dan color gamut 100 persen DCI-P3. Ini sih sangat cocok untuk keperluan presentasi,
nonton video edukatif, dan movie analisis.
Bagaimana
dengan audionya? Sudah dilengkapi empat speaker Harman Kardon dengan Dolby
Atmos®.
Jadi,
kalau saya sedang memutar reading comprehension atau puisi dengan musik latar, yakin
deh suasana kelas yang biasanya boring untuk materi ini bisa berubah dari “kok
sepi banget” jadi “kok jadi melow gini ya, Miss?”
Baterai
Tahan Lebih Lama
Laptop
ini ditenagai baterai 72WHrs, yang menurut UL Procyon Battery Test, bisa tahan
lebih dari 18 jam untuk melakukan kerja produktif dan 23 jam dalam mode idle.
Jika
seperti itu kondisi baterainya, saya tidak perlu lagi ribet bawa charger
kemana-mana atau pusing cari colokan listrik, karena bisa ngajar kelas pagi sampai
sore dengan tenang, kemudian lanjut buat materi soal di rumah, dan masih tersisa
baterai cukup untuk nonton film favorit sebelum tidur.
Pertanyaannya,
Apa Itu NPU, Si Otak AI di dalam Laptop Modern?
NPU
(Neural Processing Unit) merupakan komponen khusus yang ada di dalam laptop
modern, dirancang untuk menjalankan berbagai tugas berbasis kecerdasan buatan
(AI).
Dengan
adanya NPU, kinerja laptop akan lebih bagus dan efisien. Dan inilah yang
dibutuhkan dalam menghadapi tantangan di dunia serba digital saat ini, tak
terkecuali bagi dunia pendidikan.
Jika
CPU adalah otak umum dan GPU otak visual, maka NPU itu adalah otak AI, yang
punya kemapuan spesial untuk hal seperti:
- Pengenalan gambar dan suara
- Terjemahan bahasa dengan secara real-time
- Efek video yang cerdas (blur latar, eye contact, framing otomatis)
- Analisis teks dan data dengan kecepatan yang tinggi
Lantas,
kapan waktu yang tepat harus ganti ke Laptop dengan NPU?
Jika
laptop yang kita punya baterainya sudah tidak tahan lama, apalagi kalau bahkan
harus bawa chager kemana-mana karena laptop tidak akan hidup jika tidak
tersambung ke listrik, alias baterai telah bocor.
Saat
memiliki pekerjaan yang banyak berhubungan dengan konten kreatif.
NPU
sangat memungkinkan mengerjakan semua hal yang berhubungan dengan AI lebih
spesifik. Karena manfaat utamanya adalah membuat pemrosesan AI lebih efisien, baterai
awet, dan kerja jadi lebih cepat.
Lalu,
bisakah proses AI dijalankan tanpa NPU?
Bisa,
namun kinerjanya tidak efisien karena bukan spesialis. Prosessing lebih lambat
karena daya yang dibutuhkan besar.
Bagaimana
jika laptop jadul di-upgrade saja? Tidak bisa, karena NPU itu adalah bagian dai
hardware yang sudah melekat di perangkat. Jadi, intinya memang harus ganti
laptop.
Apa
Itu TOPS dan Kenapa Harus 45+?
TOPS
atau Tera Operations Per Second, adalah kemampuan chip untuk melakukan sejumlah
besar (hingga triliunan) operasi per detik. Semakin tinggi TOPS-nya, maka semakin
cepat dan efisien kinerja laptop dalam menjalankan fitur AI. Dengan kata lain,
semakin tinggi TOPS, kerja otak digital laptop pun makin cepat.
Mengapa
harus 45+ TOPS?
Nilai
45+ TOPS ini adalah standar baru untuk perangkat yang ingin mendukung AI
generatif dan aplikasi berat berbasis machine learning. Karena dengan angka
tersebut, maka perangkat laptop memiliki keunggulan berikut:
Kinerjanya
Jadi Super Cepat
NPU
yang didukung dengan 45+ TOPS mampu memproses data dalam jumlah yang besar
secara real-time, membuat perangkat kita lebih responsif, dan cerdas.
Efisiensi
Energi
Meski
memiliki performa tinggi, namun NPU dengan TOPS yang besar biasanya telah dirancang
hemat daya. Hal ini sangat penting untuk perangkat mobile seperti laptop, karena
dengan penggunaannya yang kerap dipakai lama, laptop butuh daya tahan baterai
yang panjang.
Kemampuan
AI yang Lebih Canggih
Dengan
hadirnya TOPS tinggi, laptop bisa menjalankan model AI yang lebih kompleks,
seperti chatbot generatif, asisten virtual yang lebih natural, sistem
rekomendasi pintar, hingga diting foto/video berbasis AI.
Manfaat
Utama NPU 45+ TOPS
Di
era kecerdasan buatan yang kini semakin mendominasi teknologi modern, performa
perangkat digital tak lagi hanya ditentukan oleh CPU atau GPU. Kini, dengan
adanya tambahan NPU pada laptop modern dengan kemampuan 45+ TOPS, telah menjadi
kunci utama dalam menghadirkan pengalaman AI yang lebih cepat, efisien, serta
revolusioner.
Pernah
nggak bertanya-tanya tentang bagaimana sebuah smartphone kini bisa mengenali
wajah, menerjemahkan bahasa, hingga membuat gambar dari teks?
Jawabannya
ada pada NPU, dan yang didukung oleh 45+ TOPS adalah bukan sekadar perangkat pintar,
tapi jenius.
Berikut
adalah keunggulannya:
- NPU dapat menghemat baterai karena tidak membebani kerja CPU/GPU. Jadi memang sangat cocok untuk kerja mobile, rapat daring, atau nonton film marathon sambil koreksi tugas atau hal lainnya.
- Privasi lebih aman, karena data tidak dikirim ke server. Jadi, curhatan kita ke Copilot tetap rahasia. Bahkan si Copilot nggak akan bisa ghibahin kita ke cloud.
- Fitur seperti noise cancellation, live caption, dan image generation bisa dijalankan langsung tanpa drama delay, karena memang respons-nya cepat dan real time. Pas banget untuk kreator aktif, guru, dan multitasker sejati.
- Bisa lakukan kerja multitasking tanpa lemot, di mana NPU ambil alih tugas AI, CPU fokus ke aplikasi, GPU fokus ke visual. Semuanya melakukan kerja team yang solid seperti tim sepakbola yang kompak.
Ketika
Laptop Bukan Sekadar Alat, Tapi Rekan Kerja
Menjadi
guru itu bukan hanya tentang ngajar. Tapi juga soal kemampuan mendengarkan,
memahami, hingga tak jarang jadi tempat curhat murid.
Kini sedang banyak dibahas tentang laptop (Zenbook S14 OLED) yang bisa bantu saya jadi guru yang lebih baik untuk mengantarkan generasi bangsa siap menghadapi tantangan global dan menuju Indonesia emas.
Meskipun
teknologi sangat bisa diandalkan menggantikan berbagai tugas berat, tetapi saya
percaya, teknologi tidak akan pernah menggantikan peran guru, namun teknologi itu
bisa memperkuat peran guru.
ASUS,
dengan laptop AI-nya yang istimewa, tidak hanya menawarkan spesifikasi tinggi, akan
tetapi juga pemahaman akan kebutuhan nyata di dunia pendidikan. Dan ini adalah bukan
sekadar laptop, tapi ia adalah partner kerja yang mumpuni.
ASUS
Zenbook S14 OLED (UX5406SA) untuk Semua
Laptop
AI bukan hanya untuk content creator atau programmer. Ia juga untuk guru yang
ingin mengajar dengan lebih efektif, lebih kreatif, dan lebih manusiawi.
Laptop
AI bukan sekadar soal kecanggihannya. Ia adalah teknologi yang bisa memahami
ritme hidup kita, mendukung bidang pekerjaan kita, hingga membuat kita merasa
tidak sendirian di tengah tumpukan tugas dan tekanan digital.
Intinya,
laptop AI bisa diminta melakukan apa saja, kecuali diminta bantu move on,
karena ia belum tentu bisa memahami patah hati seseorang.
ASUS,
dengan Zenbook S14 OLED-nya, sedang menunjukkan bahwa laptop canggih ini bukan hanya
untuk kerja, tetapi juga untuk berkarya dan berkembang.
Ia
juga bukan hanya diperuntukkan/menyasar mereka yang bekerja di startup atau berprofesi
sebagai content creator, namun juga untuk para guru, pelajar, penulis, hingga
bagi siapa pun yang ingin produktif tanpa harus kehilangan sisi manusiawinya.
Karena
di zaman sekarang ini, produktivitas itu bukan hanya tentang cepat, tetapi
tentang cerdas, sadar, dan tetap waras.
Kesimpulan
Laptop
AI dengan NPU 45+ TOPS seperti Zenbook S14 OLED (UX5406SA) adalah investasi bagi
masa depan. Ia tidak hanya cepat, tapi juga cerdas, hemat energi, serta aman.
Cocok untuk siapa pun yang ingin tetap produktif tanpa ribet, tak terkecuali
bagi para guru di era digital.
Karena
di era digital ini, kita tidak hanya butuh laptop yang bisa kerja. Kita butuh sebuah
mlaptop yang bisa memahami cara kita bekerja.
Dan
saya percaya, ASUS Zenbook S14 OLED dengan NPU 45+ TOPS tidak sedang berlomba
memamerkan spek terbaik di kelasnya, tetapi adalah teknologi yang bisa jadi
jembatan, bukan penghalang.
Jika
suatu hari saya bisa punya laptop ini, saya janji akan mengajaknya lebih banyak
ke ruang kelas, bukan hanya ke kafe. Karena di tempat itu ia bisa membantu saya
mengubah pelajaran menjadi pengalaman. Dan menurut saya, ini adalah fungsi
paling mulia dari sebuah teknologi.
Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog ASUS 45+ TOPS Advanced AI Laptop yang diadakan oleh Travelerien.
Referensi:
https://www.asus.com/id/laptops/for-home/zenbook/asus-zenbook-s-14-ux5406/techspec/
https://www.travelerien.com/2025/07/lomba-blog-asus-45-tops-advanced-ai-laptop.html
https://itb.ac.id/berita/ai-dalam-pendidikan-revolusi-pembelajaran-menuju-masa-depan-yang-lebih-cerdas/61183
https://ppg.dikdasmen.go.id/news/peranan-kecerdasan-buatan-artificial-intelligence-dalam-pendidikan
Aset Photo:
ASUS dan Travelerien
Posting Komentar