0

 

Kelok 9, Pesona Sumatera Barat

Keindahan alam Sumatera Barat yang pernah kunikmati dan memanjakan mata tiada henti, kini hancur porak-poranda, menyisakan jejak air mata di tanah kelahiranku yang dulu dipuja pesonanya. Ya, kampung halamanku kini tengah diuji musibah banjir yang menyayat hati bagi siapapun.

Musibah ini kembali jadi pengingat kita semua, bahwa alam bukan hanya untuk dinikmati keindahannya, tetapi kita semua punya tanggung jawab untuk bijak merawat dan menjaga agar bumi tetap indah lestari.

Aku masih ingat ketika 2 tahun lalu kami sekeluarga sangat bersuka cita, karena akhirnya bisa mudik ke Sumatera Barat dengan squad lengkap. Biasanya,  setiap keluarga mudik ke Padang, akulah yang selalu tidak bisa ikut serta karena urusan pekerjaan yang tak bisa ditinggal atau karena jadwal libur yang tidak klik dengan momen pulang kampung basamo.

Perjalanan pulang kampung ke Sumatera Barat saat itu sudah kami rencanakan sedemikian rupa, agar saat di sana bisa bersilahturahmi dengan sanak saudara sekaligus menikmati alam Ranah Minang yang indah dengan sepuasnya.

Di antara tempat-tempat yang kami pilih untuk dikunjungi selama di kampung halaman adalah Ngarai Sianok, Lembah Harau, Lembah Anai, Jam Gadang di Bukit Tinggi, Museum Bung Hatta, Pantai Air Manis, Kelok 9, Danau Maninjau, Kelok 44, Danau Singkarak, Puncak Lawang, Desa Pariangan, Lubang Jepang, Taman Panorama, Istana Pagaruyung, Batu Batikam, Pasar Tradisional Batusangkar, Masjid Agung Sumatera Barat, dan Pantai Padang.

Perjalanan Menyusuri Keindahan Alam Ranah Minang Sumatera Barat

Hari pertama tiba di kampung halaman, tepatnya di Desa Piliang Labuah, Batu Sangkar, kami memutuskan istirahat sejenak di rumah nenek sambil membongkar oleh-oleh dari Lampung yang akan dibagikan ke para tetangga dan sanak saudara.

Keesokan paginya, kami mulai bersiap-siap menyapa tetangga terdekat dan berkunjung ke beberapa rumah saudara. Kegiatan silahturahmi ini kami Jalani selama tiga hari penuh.

Setelah selesai dengan kegiatan silahturahmi, kami pun memulai rencana perjalanan untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Sumatera Barat dengan mengajak serta sanak saudara yang tidak ada halangan ikut.

Hari pertama kami berkunjung ke tempat yang dekat dengan rumah nenek, yakni Batu Batikam dan Istana Pagaruyung yang terletak di Kabupaten Tanah Datar.

Menyusuri Jejak Budaya dan Sejarah di Istana Pagaruyung dan Batu Batikam

Istana Pagaruyung merupakan pusat budaya Ranah Minang berupa bangunan Rumah gadang besar dengan ukiran indah. Tempat ini sangat luas dan indah. Pegunungan bukit hijau di sekelilingnya membuatku betah memandang setiap sudut area Rumah Gadang.

Saat pulang dari Istana Pagaruyung, kami sempatkan singgah ke lokasi Batu Batikam, yakni sebuah situs bersejarah yang selama ini sangat membuatku penasaran.  

Berdasarkan cerita ayah, Batu Batikam maksudnya batu yang ditikam. Di tengah batu tersebut ada lubang yang diyakini masyarakat Minang sebagai bekas tusukan keris tokoh adat Minangkabau, Datuak Parpatiah Nan Sabatang.

Dulunya di tempat ini digunakan sebagai medan nan bapaneh (tempat bermusyawarah para kepala suku) dan Batu Batikam merupakan simbol, bahwa setiap keputusan adat harus diambil melalui musyawarah dan perdamaian

Menjelajahi Kota Bukittingi Seharian Penuh

Perjalanan hari kedua adalah menuju Bukittinggi. Sebelum menuju ke tempat wisata ikoniknya, Jam Gadang, kami mampir sejenak ke rumah kakak ibu yang tinggal di kota ini.

Setelah dari rumah kakaknya ibu, kami langsung menuju ke lokasi Jam Gadang. Dan ini pertama kalinya bagiku bisa menatap jam besar tersebut. Bangunannya terlihat megah. Setelah puas menikmati pesona Jam Gadang, kami langkahkan kaki menuju Museum Bung Hatta yang tak jauh dari lokasi jam ikonik tersebut.

Sebelum beralih fungsi menjadi Museum, awalnya tempat bersejarah ini adalah rumah kelahiran Bung Hatta, sang tokoh proklamator Indonesia yang sangat kukagumi.

Menjelang sore, kami bergegas menuju ke Ngarai Sianok dan Taman Panorama, yang lokasinya tidak begitu jauh dari Jam Gadang. Perjalanan ini cukup ngos-ngosan, karena kami harus memaksimalkan waktu seharian selama di Bukittingi agar bisa menikmati 4 lokasi yang akan dikunjungi.

Ngarai Sianok adalah sebuah tempat wisata yang sangat populer karena keindahan alamnya memang istimewa. Lembah hijau dengan tebing-tebing curam di sekelilingnya sangat memukau. Oh iya, di sini berkeliaran banyak monyet. Tapi mereka sangat bersahabat dan tidak nakal.

Di sini kami juga menyusuri Lubang Jepang, sebuah lorong peninggalan sejarah pada masa penjajahan. Lubang ini sangat luas dan di dalamnya banyak bilik-bilik yang diantaranya ada ruang dapur, ruang senjata, ruang tahanan, dan ruang-ruang lainnya yang membuatku agak merinding saat melewatinya. Bukan karena ada penampakan atau hal aneh, tapi saat itu aku membayangkan bagaimana kehidupan rakyat Indonesia yang ditindas pada masa penjajajan Jepang dulu.

Terpukau dengan Keindahan Lembah Harau

Rasa penasaran dengan cerita sepupuku tentang Lembah Harau akhirnya terbayar ketika aku bisa juga sampai ke lembah indah yang sering disebut sebagai “Yosemite-nya Indonesia.

Lembah Harau yang terkenal dengan tebing-tebing granit tinggi berwarna-warni dengan air terjun alami ini berlokasi di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Pemandangan di Lembah Harau makin memukau dan memanjakan mata lantaran di sini kita bisa melihat hamparan sawah hijau dan pemukiman warga di bawah tebing.

Nah, di lembah ini ada enam air terjun dengan aliran jernih. Rasanya benar-benar sejuk dan tenang saat berada di tempat ini.

Menikmati Kesejukan Air Terjun Tepi Jalan di Bukittingi

Di Sumatera Barat, tepatnya di Bukittingi, ada sebuah pemandangan alam yang dapat dinikmati oleh siapapun yang melintas, yakni air terjun Lembah Anai yang berada persis di tepi jalan.

Meski berada di tepi jalan, namun kejernihan air terjun dan air yang mengali di bawahnya tetap terjaga. Suasana di sini sangat sejuk dan dingin. Namun keindahan alam di sekitar air terjun membuat kami seakan lupa hawa dingin yang menyusup ke balik baju.

Bertualang Menyusuri Tikungan Tajam dengan Panorama Memukau

Salah satu tempat wisata populer dan ikonik di Sumatera Barat yang sangat ingin kudatangi adalah kelok 9 dan kelok 44.

Kelok 9 yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebuah jalan berliku dengan tikungan tajam yang dikelilingi jurang-jurang dalam di sisinya. Kelok 9 ini adalah jalan yang menghubungkan Sumatera Barat dengan Riau.

Panorama alam di tempat ini sangat memukau dan bagiku ini adalah pemandangan alam luar biasa yang Allah berikan untuk Ranah Minang.

Di sekeliling jalan ini dihiasi oleh bukit hijau yang makin membuat suasana sepanjang jalan ini indah dan sayang dilewatkan sekejap mata.

Selain kelok 9, Sumatera Barat juga punya jalan berliku lainnya yang tak kalah indah tapi menantang, yakni Kelok 44.

Kelok 44 adalah jalan yang kami lewati ketika akan menuju ke Danau Maninjau di Kabupaten Agam. Perjalanan ke sini cukup melelahkan, tetapi indah. Karena pemandangan alam di sekitarnya sangat memanjakan mata. Terlebih setelah kami tiba di Danau Maninjau, sebuah danau kaldera dengan bukit hijau yang eksotis.

Puas menikmati keindahan Danau Maninjau, kami singgah ke Puncak Lawang, yang berada satu lokasi dengan kawasan Danau Maninjau. Dari atas Puncak Lawang, kami bisa melihat kabut tipis dan keindahan Danau Maninjau dari atas ketinggian.

Berburu Ikan Bilih di Danau Singkarang dan Berkunjung ke Desa Terindah di Dunia

Awalnya tujuan ke Danau Singkarak adalah untuk membeli ikan bilih, yang sangat digemari oleh keluargaku. Ikan ini memang hanya hidup di Danau Singkarak dan Danau Maninjau. Jadi kami ingin membelinya dalam jumlah banyak untuk di bawa pulang ke Lampung.

Selain berburu ikan bilih, tentu saja kami juga memuaskan diri menikmati keindahan alam danau ini. kemudian, setelah puas, pulangnya kami mampir ke salah satu Desa Pariangan, yang pernah dinobatkan sebagai 1 dari 10 desa terindah di dunia versi majalah travel Amerika pada 2012 lalu.

Desa Pariangan memang sangat indah dan tampak masih sangat alami. Udara di sini juga sangat sejuk. Pemandangan alamnya yang hijau sangat memukau dan membuat betah berada di tempat ini.

Perjalanan hari terkahir kami sebelum pulang ke Lampung adalah berwisata bersama keluarga ke Pantai Air Manis, di mana di sini adalah lokasi Batu Malin Kundang berada. Di sisa waktu yang masih ada, kami sempatkan main ke Pantai Padang dan sholat sambil wisata religi ke Masjid Raya Padang, yang bangunannya unik karena berbentuk seperti rumah gadang.

Hatiku Luluh Lantak saat Mendapat Kabar Terjadi Banjir Bandang dan Longsor di Ranah Minang

Berita tentang banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera Barat yang terjadi saat ini sungguh membuat hatiku pilu. Kampung halamanku yang begitu indah, yang setiap sudut tempatnya telah memberi kenangan tak terlupakan itu kini terlihat berantakan dan hancur.

Keindahan alam yang selama ini jadi kebanggaan tak lagi terlihat. Yang ada duka dan air mata di mana-mana. Salah siapa? Aku tak tahu pasti siapa yang layak disalahkan atas rusaknya alam Sumatera Barat yang begitu indah.

Berdasarkan data BNPB yang kubaca, melaporkan bahwa per 2 Desember 2025, 604 orang meninggal dunia, 464 orang masih belum ditemukan, dan lebih dari 589.000 warga terpaksa mengungsi.

Air pantai yang dulu menenangkan dan tampak indah di sekelilingnya kini membawa luka, merenggut banyak rumah, bahkan banyak nyawa hilang. Pesona alam yang pernah kusaksikan dan membuatku bangga sebagai anak Minang, kini terkikis oleh derasnya hantaman arus, meninggalkan jejak air mata serta duka yang sulit dihapus.

Musibah ini menjadi pengingat keras, bagi kita semua bahwa sebagai manusia dan bagian dari alam, sudah sepatutnya kita bisa lebih peduli pada keseimbangan alam dan ekosistemnya.

Setiap langkah wisata yang kita lakukan bukan hanya tentang foto Instagramable atau eksistensi dan kepuasan diri telah menjejakkan kaki di tempat wisata, melainkan tentang bagaimana kita menghargai tanah yang kita pijak agar kelak tak bergejolak karena ulah kita yang tak bertanggung jawab.

Mari kita sama-sama jaga alam. Jangan lagi merusaknya, termasuk jangan buang sampah sembarangan saat berwisata. Jaga alam, maka alam pun akan menjaga kita.

Semoga alam kembali pulih, masyarakat yang menghuninya kembali tersenyum, dan pesona Ranah Minang tidak benar-benar hilang ditelan air.

Be wise traveler!!!

Posting Komentar

 
Top