0
Wajah langit yang mendung dan tampak tak bersahabat di minggu pagi tertanggal 23 Oktober 2016 kemarin, hampir saja menggagalkan pertemuanku dengan para sahabat seperjuangan saat kuliah dulu. Apalagi gerimis yang lumayan deras segera menyapa saat aku melangkahkan kaki keluar rumah.

"Yah...bakal hujan deres nih." Aku berujar pada diri sendiri.
Segera aku aba-abakan pada kakiku untuk menambah kecepatan langkah agar bisa segera sampai di depan jalan.

"Byuuurr," hujan deraspun mengguyur bumi saat selangkah lagi aku masuk angkutan umum. "Alhamdulillah", ucapku saat tubuh ini berhasil masuk angkutan umum dan menemukan posisi duduk yang nyaman.
"Ping!", dateng kan? Rika dimana?" Bertubi-tubi pesan BBM masuk dari teman-teman yang rupanya sudah berada di lokasi pertemuan kami.
"OTW, ntar lagi nyampe, ujanya deres banget," balasku satu persatu.
"Ya Allah semoga saat ku sampai hujannya sudah reda." Doaku dalam hati.

Pada dasarnya aku sangat menyukai hujan. Karena bagiku hujan adalah bagian dari rezeki Allah. Hujan juga salah satu waktu mustajabnya doa. Bahkan aku sering disaat pulang kerja dan hari hujan, aku akan bermain-main dulu, memperlambat langkahku untuk bisa menikmati setiap sentuhan berkah hujan. Kadang juga hujan adalah saat yang kunanti ketika aku ingin menumpahkan segala rasa dalam tangisku, karena di saat hujan aku bebas berekspresi dan meluapkan segala emosi tanpa ada yang tahu dan mendengarnya.

Alhamdulillah, hujanpun reda. Tampaknya sang langit sudah puas menumpahkan gejolak rindunya pada bumi. Terimakasih hujan, telah menemaniku dalam perjalanan menemui sahabat-sahabatku.

Aku turun dari angkutan umum dan langsung menuju Cafe Gelael tempat kami bertemu. Kamipun melepaskan rasa rindu dan suka cita kami. Banyak hal yang kami bahas setelah sebulan tak bersua, hingga semua berakhir di waktu menjelang maghrib saat kami sedang berada di toko buku Gramedia yang hari itu sedang bazar.

Seperti mata elang, saat di Gramedia, pandangan kami benar-benar terpusat ke sederetan buku-buku itu. Setelah terpuaskan menyeleksi dan akhirnya menemukan buku-buku yang diinginkan, lalu membayarnya, disaat itulah kami saling mengucap pamit undur diri dari kebersamaan. Berat sekali rasanya. Terutama harus berpisah dari sahabat kami Santy yang datang dari Palembang. Sesingkat inikah? Hmmmn...aku harus menunggu satu bulan lagi untuk bisa berkumpul dan bercengkrama lagi dengan mereka, saat pertemuan rutin kami yang kini sudah memasuki bulan ke tiga.

We've been pals for ages n I do really hope that we'll always be like this. Friendship never ends. Love you Irsanty, Evi Riana, Ci'un, Didi, mba Upi, Istiana zein, Nina, mba Yoha, Tata.

Posting Komentar

 
Top