0

 

Tak bisa dipungkiri bahwa sampah adalah masalah yang tak akan pernah ada habisnya. Namun, bukan berarti tidak ada solusi atas segala permasalahan yang ditimbulkan oleh onggokan sampah di lingkungan kita.


cegah-krisis-iklim-dengan-bijak-kelola-sampah

Sayangnya, masih banyak sebagian kita yang terkesan abai dengan dampak serius yang diakibatkan sampah.

Lihatlah betapa masih banyak dari kita yang suka membuang sampah semaunya, bahkan melemparkannya ke aliran sungai atau saluran air di lingkungan rumah.

Tindakan ini tentu sangat tidak baik, karena sampah yang menumpuk di aliran air dapat membawa dampak buruk bukan hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. 

Memang, apa sih dampak sampah tersebut bagi masyarakat di sekitarnya?

Kita semua tentunya sadar bahwa banjir yang selama ini terjadi adalah bukan semata-mata ulah alam yang ingin mempermainkan kita. 

Kita pastinya paham betul bahwa ada banyak penyakit yang menyerang, salah satunya diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat. Bahkan onggokan sampah telah merenggut banyak nyawa karena msayarakat tidak dapat membuang sampahnya dengan bijak.

Tentu kita semua masih ingat dengan tragedi Leuwigajah pada 21 Februari 2005 silam, di mana saat itu Indonesia dilanda duka atas kematian sekitar 143 warga Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, yang disebabkan oleh longsornya sampah di TPA Leuwigajah.

Gunungan sampah yang longsor akibat hujan deras semalaman, serta dipicu konsentrasi gas metana pada sampah itu, seketika menenggelamkan dua perkampungan, yaitu Kampung Cilimus dan Kampung Gunung Aki. 

Kehidupan di dua kampung tersebut hilang begitu cepat. Padahal antara TPA dan pemukiman warga jaraknya sekitar satu kilometer.

Dari kejadian ini, bisa dilihat betapa dampak sampah ini amat serius, bukan?

Jujur, sedih sekali setiap melihat sikap abai orang-orang terkait sampah, mereka yang kerap membuang sampah tidak bijak.

Sampah Bisa Sebabkan Krisis Iklim

Kita memang tidak bisa terhindar dari yang namanya sampah. Tetapi kita bisa meminimalisir dampak buruknya, dengan cara bijak memperlakukan sampah. 

Kita bisa memulainya dari diri kita sendiri, dari rumah kita, yaitu dengan memilah sampah sebelum diangkut petugas sampah. Sehingga hal ini akan mengurangi volume sampah yang dibawa ke TPA. 


zero-waste-memilah-sampah

Karena, jika kita enggan peduli dengan permasalahan sampah ini, maka bukan tidak mungkin keberlangsungan hidup kita akan lebih singkat di bumi ini. Mengapa demikian, karena masalah sampah ini bisa mengakibatkan krisis ilkim makin parah.

Krisis iklim bukan hal sepele. Jika dibiarkan dan kita tidak melakukan upaya penyelamatan lingkungan, maka hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan. 

Diantara bahaya krisis iklim adalah: 

Mencairnya es dan kenaikan permukaan laut. Ini bisa menyebabkan tenggelamnya daratan. Tak heran jika kota Jakarta di sebutkan akan tenggelam dalam dekade dekat. 

Intensitas bencana alam dan cuaca ekstrim. Contohnya kasus daerah Tambaklorok dan Deliksari di Semarang. 

Konflik sosial berkepanjangan. Perubahan iklim dapat menyebabkan kelangkaan pangan. sehingga banyak harga kebutuhan pangan yang melambung tinggi. Hal inilah yang kemudian akan memicu konflik sosial. 

Wabah penyakit. Meningkatnya gelombang panas bumi akan meningkatkan risiko manusia terkena penyakit. 

Peran Pemuda Sebagai Upaya Penyelamatan Bumi Melalui Bijak dalam Pengelolaan Sampah 

Ternyata anak muda masih banyak sangat peduli terkait isu lingkungan dan krisis iklim yang terjadi sekarang. 

Salah satu anak muda inspiratif yang peduli itu adalah seorang siswi SMA kelas XII di Bandung bernama Amilia Agustin.


anugerah-pawarta-astra
Amilia Agustin, yang peduli dengan sampah dan meraih Anugerah Pewarta Astra
Sumber: pdf  anugerah pewarta astra

Amilia Agustin sangat prihatin dengan kondisi lingkungan, di mana banyak sampah berserakan dan orang-orang yang kerap membuang sampah sembarangan. Selain itu, masih banyak juga yang belum paham cara mengelola sampah dengan bijak.

Berawal dari keprihatinan inilah, terutama saat melihat onggokan sampah di lingkungan sekolahnya, Amilia berinisiatif membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah lewat program “Go to Zero Waste School”.

Tindakan Amilia ini patut kita apresiasi. Karena di usia mudanya, ia sudah mampu melakukan banyak perubahan dan menginspirasi teman serta orang di sekitarnya untuk turut aktif dalam mengelola sampah.

Untuk itulah peran serta mereka pun harus diberi ruang lebih besar, agar apa yang mereka resahkan tentang kondisi lingkungan ini bisa segera teratasi. 

Amilia Agustin, Si Ratu Sampah Sekolah

Amilia dijuluki sebagai ratu sampah sekolah karena aksinya yang begitu peduli terhadapa pengelolaan sampah.

Upaya Amilia dalam menjadikan lingkungan lebih bersih dengan pengelolaan sampah yang lebih bijak, berhasil membuat sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bahkan membuak peluang usaha dan jalannya untuk menjadi Entrepreneurship.

Kisah Amilia yang dijuluki ratu sampah di sekolah ini berawal dari keresahannya saat jam pelajaran olahraga di sekolah. 

Ia dan teman-temannya berlari mengikuti rute yang sudah ditetapkan guru olahraga, mengitari kompleks perumahan. 

Di satu titik, Amilia melihat seorang bapak yang sedang makan di samping tumpukan sampah yang banyak. Pemandangan itu langsung membuat hatinya gelisah dan Ia berfikir ‘’Jangan-jangan sampah itu berasal dari sekolah kita, kalau si Bapak sakit, kita juga akan kena dosanya’.

Amilia pun terpikir untuk membuat suatu aksi dimana sampah sekolahnya bisa dikelola dengan baik, sehingga tidak ada lagi penumpukan sampah yang bisa membuat dampak tidak baik bagi lingkungan hingga manusia.

Amilia pun akhirnya mendatangi gurunya untuk menceritakan konsep Zero Waste.

Sebagai langkah nyata akan niatnya, Amilia pun mengajukan proposal program Karya Ilmiah Remaja “Go to Zero Waste School” kepada program Young Changemakers dari Ashoka Indonesia.

Program ini diinisiasi pada 2005 untuk membuak peluang bagi para milenial, pemuda usia 12-25 tahun untuk mempraktekkan prinsip-prinsip sosial entrepreneurship.

Proposal proyek ““Go to Zero Waste School” dengan biaya operasional Rp2,5 juta itu disetujui. Proyek pengelolaan sampah ini tebagi dalam empat bidang, yakni anorganic, organic, tetra pak, dan kertas.


zero-waste-lifestyle

Kegiatan ini telah menjadi bukti bahwa anak muda juga bisa berkontribusi dalam upaya penyelamatan lingkungan. 

“Semua bisa asalkan kreatif dan konsisten,” kata Amilia.

Amilia Agustin Penerima SATU Indonesia AWARDS Termuda di tahun 2010

Berkat kepedulian dan aksinya terhadap lingkungan, Amilia berhasil terpilih menjadi penerima apresiasi SATU Indonesia Awards. 

Tak hanya itu, ternyata Amilia menjadi peserta termuda pada saat itu, dengan status sebagai seorang siswi SMA yang mempunyai ide kreatif dan sangat berguna bagi banyak orang dan lingkungannya.

Amilia terpilih dengan program Sekolah Bebas Sampah yang ia usung, mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai dan bisa dimanfaatkan lagi. 

Tindakan Amilia ini telah sangat memberikan inspirasi untukku yang juga selama ini sangat prihatin akan kondisi lingkungan.

Dari Amilia, aku jadi makin bersemangat untuk terus bergerak dalam setiap tindakan postif meski banyak yang mencibir. 

Karena jika kita berhenti atas hinaan orang lain, maka niat baik, ide brilian, dan perubahan positif bagi lingkungan ini tidak akan pernah terwujud.

Aku yakin, akan selalu ada langkah kecil yang akan berdampak besar. Kita memang makluk kecil. Tapi sikap kita yang sedikit bisa mengubah bumi. 

Jangan sampai kita mewariskan bencana pada generasi mendatang. Jangan biarkan generasi penerus kelak tidak dapat lagi menikmati indahnya alam Indonesia. 

Mari kita mulai langah-langkah kecil penyelamatan bumi dari diri kita, seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan bahan plastik, dan mulai bijak dalam mengelola sampah kita.

Sekecil apapun kontribusi kita untuk menjaga alam, pasti akan ada manfaat kedepannya. 


Referensi

https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com




Posting Komentar

 
Top