0


Penanggulangan bencana inklusif bagi OYPMK (Orang Yang pernah Mengalami Kusta) dan penyandang disabilitas sangat diperlukan. Mereka juga perlu edukasi meminimalisir risiko bencana, agar mampu survive hingga datangnya bantuan.



Saat terjadi bencana alam, kemungkinan juga terdapat OYPMK atau pun penyandang disabilitas yang menjadi korban. 

Tentunya dengan keterbatasan fisik untuk menyelamatkan diri, bertahan dari bencana alam adalah bukan perkara yang mudah. Hal inilah yang bisa membuat risiko dampak bencana yang lebih parah bagi para penyandang disabilitas, bahkan bukan tidak mungkin juga bagi OYPMK.

Sebagaimana diketahui, hingga saat ini stigma terkait penderita kusta membuat sebagian orang mengucilkan hingga enggan berkontak fisik dengan mereka. Ini tentu akan membuat OYPMK tidak mudah mendapatkan pertolongan saat bencana. 

Tak hanya itu, saat di tenda pengungsian pun, kemungkinan stigma kusta masih melekat, hingga membuat OYPMK tidak bisa berbaur dengan korban bencana lainnya.

Alhasil, bencana alam bisa memperparah kondisi  mereka, baik fisik maupun mental. Bukan tidak mungkin jumlah penyandang disabilitas pun akan bertambah.

Untuk itu, mitigasi penanggulangan bencana bagi OYPMK dan penyandang disabilitas sangat diperlukan.

Bencana Alam Terbaru di Indonesia 2022

Indonesia adalah negara yang tak luput dari bencana alam. Bahkan di bulan November-Desember 2022, rentetatn bencana telah menerjang Indonesia dengan begitu dahsyatnya. 

Sebut saja gempa Cianjur yang menelan cukup banyak korban meninggal dunia dan luka-luka. Bahkan puluhan ribu orang harus mengungsi. Kemudian, tak berjarak lama dari gempa Cianjur, Indonesia kembali dihantam bencana alam gempa bumi di Garut dengan kekuatan yang cukup besar.

Terakhir, yang terjadi di bulan Desember adalah erupsi Semeru, yang kini statusnya naik menjadi ‘awas’ bahkan Jepang pun mengeluarkan peringatan pasca erupsi gunung api tersebut.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak awal tahun sampai November 2022 sudah ada sekitar 3000 peristiwa bencana alam yang terjadi di seluruh Indonesia. 

Talkshow Penanggulangan Bencana Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas dan OYPMK

Berhubungan dengan risiko dan tanggap bencana alam, Ruang Publik KBR, Suara Untuk Indonesia Bebas dari Kusta bekerja sama dengan NLR Indonesia, kembali menyelenggarakan talkshow, dengan mengusung tema “Penanggulangan Bencana Inklusif Bagi Penyandang Disabilitas dan OYPMK. 



Talkshow ini diselenggarakan secara live di Youtube Ruang Publik KBR pada 29 November 2022, dipandu oleh Host Rizal Wijaya dengan menghadirkan dua orang narasumber, yakni Bapak Pangarso Suryotomo (Papang) sebagai Direktur Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dimana saat dilangsungkannya talkshow, beliau sedang berada di lokasi bencana Cianjur. 

Narasumber kedua adalah Bapak Bejo Rianto, Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA) yang juga merupakan penyandang disabilitas asal Bantul, Yogyakarta. 

Narasumber kedua yaitu Bejo Riyanto ,yang merupakan Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), dan juga merupakan Disabilitas Terdampak Bencana.

Pada talkshow ini Papang mengatakan, diantara sekian banyak bencana yang terjadi di Indonesia, terbanyak adalah bencana akibat cuaca ekstrim, banjir, dan tanah longsor. Sedangkan bencana alam tektonik, gempa tercatat 24 kejadian.

"Indonesia Masuk 10 Besar Negara yang banyak meninggal karena bencana" tutur Papang.

Untuk itu, Papang mengimbau agar kita semua terus siap siaga, sehingga jika terjadi bencana alam, tidak banyak menelan korban jiwa.

Terlebih Indonesia adalah wilayah yang rawan bencana dan gempa selalu terjadi saat kita tidak siap, sehingga menimbulkan kepanikan hingga korban jiwa yang banyak.

Sementara itu, Bejo Riyanto bercerita tentang bencana gempa dahsyat yang terjadi di Yogyakarta pada 2006 silam, di mana jarak dirinya saat itu dengan pusat gempa adalah 1 kilometer. Akibat gempa ini ada banyak rumah-rumah hancur hingga rata dengan tanah.

Dalam kesempatan ini, Bejo mengungkapkan bahwa banyaknya korban jiwa akibat gempa disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat akan pengetahuan kebencanaan. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum paham upaya apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri. 

Saat gempa dahsyat Jogja waktu itu, Bejo sedang di depan pintu untuk menyelamatkan diri. Dia terlempar, tersungkur, dan terguling-guling hingga cukup jauh.

Lantas, Bagaimana Penanganan Gempa bagi OYPMK dan Disabilistas?

Upaya penyelamatan korban saat gempa memang dilakukan para relawan dan tim khusus penanganan gempa yang dibentuk Pemerintah. 

Akan tetapi, setiap individu juga punya peran untuk bisa menyelamatkan diri sendiri saat terjadinya gempa. 



Bagi OYPMK atau pun mereka yang mengalami keterbatasan fisik (disabilitas), kesempatan menyelamatkan diri tentu tidak mudah. Namun bukan berarti untuk meminimalisir risiko bencana tidak bisa diupayakan.

Bencana adalah peristiwa alam yang tidak bisa diprediksi, ia pun kerap berulang. Oleh karena itu, setiap kita harus selalu siap untuk menghadapinya, tak terkecuali penyandang disabilitas maupun OYPMK.

Mitigasi Penanggulangan dan Penanganan Bencana 

Bencana adalah hal yang bisa terjadi kapan saja. Karenanya semua orang harus siap siaga setiap saat. Sehingga bisa meminimalisir risiko terburuk bagi mereka yang teradmpak, terutama bagi disabilitas atau pun OYPMK.

Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 14 Tahun 2014 disabilitas punya 3 hal terkait penanggulangan bencana, yaitu:

1. Pertolongan

Penyandang disabilitas dan OYPMK berhak untuk mendapatkan pertolongan ketika bencana alam terjadi.

2. Partisipasi

Disabilitas juga ingin bisa  ikut berpartisipasi dalam membantu di setiap bencana alam yang terjadi. 

Setiap bencana akan memunculkan disabilitas baru. Akan ada double disability, bahkan triple disability. Diharapkan penyandang disabilitas ini nantinya bisa memberi motivasi dan semangat bagi penyandang disabilitas baru akibat bencana alam yang terjadi. 

3. Perlindungan

Bencana alam tentu akan menimbulkan rasa takut, tak terkecuali penyandang disabilitas dan OYPMK. Kare itu, mereka juga punya hak untuk mendapat perlindungan ketika terjadi bencana alam. 

Apa yang Bisa Dilakukan dalam Upaya Mitisgasi Bencana bagi OYPMK dan Disabilitas?

Sebelum Bencana 

Kelompokkan berdasarkan wilayah , kondisi , dan jenis gangguannya 

Komunikasikan risiko yang akan dihadapi dan cara mengatasinya.

Latih bersama kerabat terdekat tentang kegiatan penyelamatan risiko bencana .  

Komunikasikan sistem peringatan dini sesuai jenis gangguannya

Petakan kebutuhan pada saat dan setelah terjadi bencana

Tingkatkan keamanan rumah maupun ruang publik 

Saat Bencana 

Jauhkan dari lokasi bencana

Fokus pada korban yang sendirian dan belum mendapatkan bantuan

Bawa ke pengungsian atau ke rumah sakit

Lakukan pendataan

Berikan konseling dan terapi. 

Ikut sertakan dalam kegiatan pencarian, penyelamatan, dan evakuasi yang dilengkapi dengan kebutuhan khusus 

Setelah Bencana

Libatkan dalam posko layanan bencana 

Tingkatkan pelatihan penyelamatan diri 

Berikan konseling untuk meminimalisir trauma .

Aplikasi Penanggulangan Bencana

Pak Papang mengatakan ada aplikasi inaRISK Personal yang diluncurkan oleh BNPB dan bisa diunduh secara gratis di Play Store. 

Melalui aplikasi ini, kita bisa tahu apa yang sedang terjadi, di daerah mana terjadinya, risikonya, dan bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk keselamatan, baik sebelum terjadi bencana, saat bencana, dan setelah bencana.

Lewat aplikasi ini kita juga bisa berperan dalam mengedukasi masyarakat terkait tanggap bencana alam.

Bencana alam bisa datang kapan saja dan menimpa siapa saj tanpa pandang usia atau pun status sosial. Untuk meminimalisir risiko, yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan setiap saat, menginta Indonesia adalah negara rawan bencana dan bencana itu sendiri kerap datang saat kita tidak siap.

Siapapun berpotensi menjadi korban saat bencana datang, terlebih mereka yang memiliki keterbatsan fisik. Jadi perlu pemahaman tentang apa yang harus dilakukan ketika bencana datang. Selain itu, perlu juga memahami tentang bencana itu sendiri agar kita semua bisa lebih siap mengahdapinya dan meminimalisir jumlah korban jiwa.


Posting Komentar

 
Top