2
Jujur saja tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benak saya untuk menjadi seorang guru. Dalam pikiran saya saat itu, profesi seorang guru adalah profesi yang kurang menjanjikan dan seperti pikiran kebanyakan orang bahwa menjadi seorang guru itu tidak keren. Oleh karena itu saya menolak saat ada kesempatan untuk masuk fakultas pendidikan. Saat itu saya cenderung ingin menjadi mahasiswa fakultas HI. Sayangnya fakultas HI menolak proposal yang saya ajukan. Ya mungkin ini yang di sebut hukum timbal balik. Saya menolak dan saya pun akhirnya di tolak. Akhirnya saya memilih untuk kuliah di jurusan sastra inggris karena selain saya menyukai bahasa inggris, saya juga merasa paling tidak jurusan sastra inggris menawarkan sesuatu yang lebih di bandingkan jurusan kependidikan. Alhamdulillah saya sangat menikmati masa-masa kuliah sebagai mahasiswa sastra. Walaupun terkadang rasa malas dan jenuh menghampiri saat saya harus mengikuti mata kuliah poetry. Karena kebanyakan puisi yang di pelajari dan di bahas adalah puisi-puisi klasik dengan menggunakan bahasa inggris tempo dulu dan gaya bahsa yang sangat sulit saya cerna seperti puisi-puisi karangan Caedmon , William Black, Sir Thomas Wyatt dan lain-lain. Lulus program sarjana dengan predikat yang sangat memuaskan membuat saya sangat yakin bahwa saya mampu bersaing dengan yang lainya. Tetapi semua itu tidak semudah yang saya pikirkan.mungkin inilah skenario Allah agar hidup saya memberi manfaat. Allah ingin saya menjadi pendidik. Akhirnya takdir menggiring saya untuk menjadi pendidik saat saya di beri kesempatan untuk merasakan atmosfir dunia mengajar di lembaga bahasa asing LIA. Walaupun itu tidak berlangsung lama namun dampak yang di berikan sangat luar biasa. Melalui keterlibatan saya selama di LIA, akhirnya saya menemukan arti yang sesungguhnya menjadi seorang guru. Ada banyak hal luar biasa yang saya alami yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Selain itu saya merasa hidup saya jauh lebih bermakna. Ada rasa istimewa saat saya bisa membuat orang lain dari tidak tahu menjadi tahu. Apalagi saat saya berinteraksi dengan murid-murid saya. Rasa bahagia itu tidak cukup rasanya untuk saya ungkapkan dengan kata-kata. Di LIA saya mendapatkan begitu banyak pengalaman berharga yang tidak akan pernah saya lupakan. Terutama saat saya mengikuti program pelatihan bagaimana menjadi guru yang berkualitas yang di latih langsung oleh para trainer dari LIA pusat di Jakarta. Saya sangat berterimaksih atas ilmu yang sangat berharga yang saya dapatkan selama pelatihan tiga bulan itu. Karena LIA pulalah saya memutuskan untuk tetap mengajar sampai saat ini walaupun saat ini saya menjadi pendidik di institusi bahasa asing yang lain. Saat –saat di LIA adalah salah satu dari pengalaman berkesan yang pernah mampir dalam hidup saya karena hal itu telah memantapkan saya untuk terus mendidik dan paling tidak berkontribusi untuk kecerdasan anak bangsa. Kini saya baru paham betapa guru itu adalah profesi yang sangat mulia yang insyaAllah lelahnya dan keikhlasanya dalam mendidik akan berbalas syurga tak terbantahkan. Harap saya semoga kelak semua orang tidak memandang remeh seorang guru dan bisa memuliakan guru. Saya juga berharap suau saat profesi guru di Indonesia bisa seperti di negara Jepang yang masyarakatnya sangat memuliakan guru dan bahkan profesi guru disana adalah profesi dengan gaji yang tinggi. Untuk teman-teman guru, siapapun dan di manapun, tetaplah mengajar dengan tulus dan yakilnlah reward Allah lebih berharga untuk kalian walaupun kadang banyak guru yang sering terdzolimi. Bersabarlah dan biarlah Allah yang urus orang –orang itu. Semangat mengajar teman-teman semua.

Posting Komentar

 
Top