0


Ternyata masih banyak yang belum tahu tentang Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Kesimpulan ini berdasarkan fakta yang saya temukan saat berencana menuliskan tentang beliau. Saat itu saya bertanya pada beberapa orang Padang dan hampir semuanya menjawab tak mengenal sosok ulama hebat ini. Padahal harapan saya saat itu setidaknya ada yang memberi jawaban selain mengatakan "tidak tahu". Paling tidak mereka bisa mengatakan bahwa beliau orang Minang, yang bisa ditebak dari nama yang melekat padanya. 

Ada kemungkinan mereka tak mengenal karena beliau hidup pada abad ke-19 (1860-1916). Hmm...baiklah. pikir saya saat itu. Saya semakin termotivasi untuk menuliskan tentang beliau. Walaupun di zaman teknologi serba canggih saat ini orang akan sangat mudah mencari informasi apapun. Tapi setidaknya melalui tulisan ini bisa mengingatkan kita kembali (khususnya orang Minang) akan ulama hebat ini. Dan harapan saya semoga melalui tulisan ini saya turut berperan mengabadikan sejarah yang dimiliki bangsa ini. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa akan sejarah bangsanya. 


Ketertarikan saya menceritakan tentang beliau berawal saat saya menulis tentang mengapa saya patut bangga berdarah Minangkabau. Ternyata masyarakat Minang sangat berperan aktif untuk bangsa ini dan telah banyak memberikan kontribusi yang signifikan dalam kemajuan Indonesia. Saat itu saya menemukan fakta-fakta tentang orang-orang Minang yang hebat, yang mempunyai nama besar hingga negara lain, salah satunya Syaikhul Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Siapakah beliau? Apa yang harus dibanggakan dari sosoknya?

Syaikhul Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah seorang ulama besar asal Indonesia (Sumatera Barat), yang lahir pada tanggal 6 Dzulhijjah 1276H (26 Mei 1860M) di Koto Tuo, Agam, Sumatera Barat. Dalam catatan biografinya disebutkan bahwa ia berasal dari keluarga ulama terkemuka di Sumatera Barat. Masyarakat Koto Gadang menunjuk kakeknya, Abdullah, menjadi imam dan khatib. Dan sejak itulah keluarganya turun temurun mendapat gelar Khatib di belakang nama mereka.

Sejak kecil Ahmad Khatib sangat tekun dan bersemangat belajar. Selain mengenyam pendidikan formal yang di kelola Belanda (sekolah raja / Kweekschool), beliau juga sangat tekun mempelajari mabadi' (dadar-dasar) ilmu agama dan menghafal Al-qur'an dari sang ayah, Abdul Lathif. Dan pada tahun 1287H Ahmad kecil diajak berhaji oleh ayahnya. Namun setelah rangkaian ibadah haji selesai, ia tetap tinggal di Mekkah untuk menuntaskan hafalan Qur'annya serta menuntut ilmu dari para ulama besar Mekkah, terutama yang mengajar di Masjid Al Haram.

Ahmad Khatib dikenal sebagai santri teladan di tempatnya menimba ilmu. Selain tekun mempelajari ilmu-ilmu Islam, beliau juga gemar mempelajari ilmu-ilmu keduniaan guna mensupport ilmu diennya. Ia sangat bersungguh-sungguh menuntut ilmu serta bermudzakarah siang dan malam dalam berbagai disiplin ilmu. Beliau sangat cerdas. Bahkan beliau menguasai berbagai ilmu pasti seperti: matematika, aljabar, perbandingan, ilmu miqat, takhnik, dan lain-lain. 

Kesholehan dan kecerdasannya dalam ilmu agama dan berbagai ilmu dunia lainnya telah membuatnya diangkat menjadi imam dan khatib sekaligus staf pengajar di Masjid Al Haram. MasyaAllah, luar biasa sekali. Jabatan ini tidak mudah didapat karena ia hanya diperuntukkan bagi mereka yang sangat sholeh dan berilmu tinggi. Ahmad Khatib Al Minangkabawi adalah seorang ulama besar; orang non Arab pertama yang berasal dari Indonesia (Sumatera Barat), yang menjadi imam di Masjid Al Haram Mekkah untuk madzhab Syafi'i. 

Syaikhul Ahmad Khatib semakin terkenal melalui salah satu kritikannya yang cukup keras yang tertuang dalam kitab Irsyadul Hajara Fi Raddhi 'Alan Nashara. Dalam kitab ini beliau menolak doktrin trinitas kristen yang dipandangnya sebagai konsep Tuhan yang ambigu. Karena Tuhan itu esa, hanya satu. 

Selain Teologi, Syaikhul Ahmad Khatib juga sangat pakar dalam ilmu lainnya. Salah satunya yaitu ilmu Falak, yang sampai saat ini ilmu tersebut digunakam untuk menentukan awal ramadhan dan syawal, perjalanan matahari, perkiraan waktu salat, gerhana bulan dan matahari, kedudukan bintang-bintang tsabitah dan sayyarah, galaksi dan lainnya. Beliau juga telah banyak melahirkam karya-karya dalam bahasa Arab dan Melayu, yang kebanyakan mengangkat tema-tema kekinian terutama menjelaskan kemurnian Islam dan meruntuhkan kekeliruan tarekat, bid'ah, takhayul, kufarat, dan adat-adat yang bersebrangan dengan Al-qur'an dan sunnah.

Banyak ulama-ulama besar bermadzhab Syafi'i yang telah dididiknya dan kemudian mereka mengembangkan ilmunya di Indonesia. Salah satunya Syaikh Abdul Karim (ayah Hamka); seorang ulama kharismatik yang mempunyai pengaruh kuat di ranah Minang dan Indonesia. 

Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah meninggal di Mekkah pada tanggal 9 Jumadil Ula 1334H. Semoga Allah menempatkan beliau ditempat terbaik dan memberikan ganjaran yang sangat mulia atas kesholihan dan sumbangsihnya untuk umat dan agama ini. 

Jasadnya memang telah lama meninggalkan kehidupan yang fana ini. Tetapi kehadirannya seakan masih terasa melalui ilmu dan para muridnya yang senantiasa memperjuangkan misi-misinya dalam hal agama dan karya-karya ilmiahnya yang masih dibaca dan menjadi rujukan hingga saat ini. Kami bangga karenamu Syaikhul Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Kami bangga sebagai orang Indonesia. Dan kami lebih bangga lagi sebagai generasi Minang karena memiliki ulama besar seperti engkau. Semoga akan terus hadir generasi-generasi muslim yang cerdas , sholih dan berakhlakul karimah seperti beliau untuk kejayaan Islam. 



#OneDayOnePost
#AhmadKhatibAlMinangkabawi
#UlamaMinangDiMasjidAlHaram


Bandar Lampung, 1 Maret 2017



Posting Komentar

 
Top