2


Pernahkah anda bertemu atau melihat orang dengan ciri-ciri fisik berbeda, atau menonjol diantara yang lainnya seperti: wajah bulat, hidung datar, mata cenderung sipit, lidah menonjol, dan tangan kecil berbentuk segi empat dengan jari-jari yang pendek. Bagaimama anda memandangnya? Apa yang ada dibenak saat itu? Kebanyakan orang akan memandang aneh. Mengapa? Karena orang seperti itu dianggap tidak normal. Stop...jangan berikan tatapan itu. Tahukah anda bahwa tatapan itu adalah bentuk diskriminasi pada mereka. 

Orang dengan ciri fisik diatas dikenal dengan sebutan Down Syndrom (DS). Istilah ini mengacu pada kondisi seorang anak yang mengalami kelainan kromosom, sehingga mengalami retardasi mental dan memberikan gambaran sangat khas pada fisiknya. 

Hari ini, 21 Maret 2017 adalah hari yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Down Syndrom Internasional. Ini artinya seluruh masyarakat dunia tengah memberikan sikap concern terhadap penyandang DS. 

Dengan adanya peringatan ini diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat agar tak lagi diskriminatif. Memberikan peluang dan kesempatan pada mereka untuk mengembangkan diri serta memberikan dukungan agar mereka bisa bebas mengekspresikan diri dan mengeksplor bakatnya. 

Penyandang Down Syndrom mengalami perkembangan mental yang lambat (mental retardation). Rata-rata mereka hanya memiliki IQ dibawah 70. Hal ini menyebabkan mereka mengalami gangguan beradaptasi. Anak DS termasuk anak dengan kebutuhan khusus, yang artinya sangat diperlukan adanya perlakuan dan perhatian khusus untuk menunjang perkembangan mereka. Biasanya tempat edukasi yang disediakan juga khusus seperti SLB.

Kebanyakan orang tua merasa berkecil hati ketika diamanahkan seorang anak DS. Mereka cenderung kurang sabar, mudah emosi dan menyerah dengan kondisi anak DS. Padahal, peran orang terdekat terutama orangtua akan sangat membantu kemajuan dan perkembangan sang anak. Orangtua harus mampu berperan aktif dalam setiap pertumbuhannya. Bersabar dan telaten mengarahkan, mengajarkan, dan membekali anak berkebutuhan khusus, agar anak mampu mengembangkan potensinya. Berprestasi dan menggapai impiannya. Karena bukan tidak mungkin penyandang DS mampu mengukir prestasi yang membanggakan. Bukankah sang maha pencipta tidak asal mencipta? yang artinya setiap ciptaanNya pastilah dibekali dengan potensi diri yang berbeda?

Jadi kuncinya, teruslah gali potensi anak tersebut. Bantu ia mengembangkan dan menggapai asanya. Tidak ada yang tidak mungkin dengan kerja keras, ketekunan dan iringan do'a. Ingatlah selalu, sebuah hasil adalah proses dari sebuah kerja keras, dan hasil tidak pernah menghianati proses dan kerja keras itu. Hal ini berlaku bagi siapapun tak terkecuali penyandang DS. 

Sampai saat ini telah ada orang-orang berkebutuhan khusus yang telah mengukir prestasi gemilang dan mencapai sukses. Salah satu contohnya adalah seorang gadis bernama Stephanie Handojo. Ia seorang DS yang sangat berprestasi. Beberapa prestasi yang telah diukirnya antara lain: pemegang rekor MURI (2009) sebagai pemain piano yang mampu membawakan 22 lagu sekaligus; peraih medali emas di Special Olympics World Summer Game, Athena, cabang renang (2011); wakil Indonesia sebagai pemegang obor olimpiade Inggris (2012). Selain itu ia juga sering diundang banyak kampus untuk berpidato mewakili para penyandang DS. Kini ia didapuk sebagai International Global Messenger dari Special Olympics Amerika Serikat (2014-2019), yang bertugas menyemangati para penyandang disabilitas. Sesuatu yang membanggakan bukan?

Down Syndrom bukanlah sebuah penyakit. Ini hanyalah sebuah kondisi karakter kepribadian yang unik. Oleh karenanya jangan memandang aneh dan meremehkan mereka. Bisa jadi para DS adalah orang yang justru akan mengharumkan bumi pertiwi seperti halnya Stephanie Handojo. Mari bersama dukung mereka dan berikan ruang dan kesempatan yang sama bagi mereka untuk mengembangkan potensinya. Down Syndrom bukanlah penghambat dan pembatas asa. Setiap orang bisa sukses dan mencapai impiannya termasuk para Down Syndrom.

Selamat hari Down Syndrom Internasional.


Salam, Rika Altair

#OneDayOnePost
#HariDownSyndromInternasional


Bandar Lampung, 21 Maret 2017


Posting Komentar

 
Top