5


Dag dig dug...dentak jantungku semakin tak terkendali. Keringat dingin mulai menjalari seluruh tubuh. Kaki terasa lemas dan tangan tak henti-hentinya menyeka keringat yang terus muncul di pelipis dan kening. Oh...ingin rasanya pura-pura sakit agar semuanya di cancel. Tapi...tidak itu bukan gayaku lari dari tanggung jawab. Suara pro dan kontra terus menggema dalam batin.

Ya Rabb bagaimana ini? Semua tips dan trik mengatasi nervous sudah kulakukan. Tapi sepertinya itu tak bekerja baik untukku. Dan akhirnya...kegelisahan pun kian terlukis jelas di wajahku tatkala pengeras suara memanggil namaku. Selanjutnya...Sheena Adiba dari SMUN 1 Bandar Lampung. Waktu dan tempat kami persilahkan.

"You can do it. I'll string along with you. Come on." Ucap Mr. Hanafi yang mendampingiku.

Dengan mengucap bismillah dan do'a kemudahan urusan, kulangkahkan kaki menuju podium aula fakultas Sastra Inggris Universitas Padjajaran. Semua mata terpusat padaku. Suasana seketika hening. Menunggu sang peserta paper presentation bersuara. Kutarik napas dalam-dalam dan berusaha membujuk diri untuk tenang dan bersikap elegan.

Assalamu'alaikum. The honorable all the adjudicators...(sapaan salam untuk para hadirin mengawali presentasiku).
In this nice occasion, I'd like to deliver my topic entitled "Do We Still Need IPDN?" Ladies and gentlement...What comes into your mind...bla...bla...bla...(dengan berapi-api dan meyakinkan ku sampaikan isi paper yang telah kutulis hingga selesai). Presentasi selesai dan waktunya pembantaian.

Sesi tanya jawab berlangsung cukup seru dan sedikit menegangkan. Alhamdulillah aku mampu menyelesaikan semua dengan baik dan standing applause mengakhiri presentasi hari itu. Kulihat Mr. Hanafi begitu bersemangat bertepuk tangan dan mengacungkan dua jempolnya untukku.

Jam istirahat makan siang (12:00)

"See, all is fine, right? You've done it well. You gave precise answers just now," kata Mr. Hanafi.
Aku tersenyum, "Tapi siswa SMUN 9 Bandung tadi ngeselin. Sudah dijawab dan dijabarjin masih aja nyerang," keluhku
"Stttt..." Mr. Hanafi memberi kode sambil menggerakkan bola matanya kearah lain.

Hmmm...rupanya siswa itu. Ia tersenyum sumringah saat melintas di depan meja kami. Dua bola mataku tak bisa mengelak untuk menatapnya. Namun pandangan itu mengisyaratkan kekesalan. Ia sepertinya merasa tak nyaman dengan pandanganku. Hehee...aku tertawa dalam hati. Suruh siapa duduk tepat diseberang depan mejaku.

Pukul 13:15 wib kami kembali ke aula karena masih ada peserta yang belum tampil. Semua peserta begitu keren dan mengagumkan. Sayangnya aku tidak bisa balas dendam pada siswa yang membantaiku tanpa lelah tadi. Karena dia sudah lebih dulu presentasi.

Menjelang maghrib, para juri mengumumkan peserta yang lolos ke tahap selanjutnya. Alhamdulillah aku lolos. "It's out of the blue", batinku. Tapi aku sangat gembira dan puas. Kami diberi waktu satu hari untuk menyiapkan bahan yang temanya telah ditentukan panitia. Hmmm...perjuanganku belum selesai. Dan untuk tahap selanjutnya aku harus lebih baik. Dan akan kugunakan juga kesempatan ini untuk membantai siswa itu. Pikirku.

(Bersambung)


#OneDayOnePost
#TantanganCintaPertama



Posting Komentar

 
Top