7


Tatapan wanita tua itu mengisyaratkan kesedihan yang amat dalam. Pandangannya lurus menembus jendela kaca bening di depannya. Tiap kali dua bola matanya berkedip, maka buliran bening bola mata itu langsung terjun bebas membasahi wajah keriputnya. 

"Bu, makan dulu yuk? Dari tadi ibukan belum makan apa-apa", ajak Anisa seraya merangkul dari sisi kanannya. 

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut sang ibu. Bahkan tubuh yang sudah memasuki usia senja itu nampak bagaikan sebuah patung. Tak ada gestur ataupun mimik wajah yang muncul saat sang putri memeluknya. Sudah hampir tiga jam sang ibu duduk di sofa biru tanpa lengan; memandang lekat pintu pagar melalui jendela bening di hadapannya.

"Bu, sebentar lagi adzan ashar, makan dulu ya. Nisa udah masak sup ikan dan tahu goreng kesukaan ibu". Bujuk Anisa yang mulai digelayuti rasa cemas dengan sikap ibunya sejak kemarin. 

Sang ibu masih bergeming. Anisa pun beranjak dan bersimpuh di depan ibunya. Keadaan tetap tak berubah. Sang ibu masih tak menunjukkan respon. Dipegangnya tangan keriput itu dan seketika air mata menetes mengenai tangan sang ibu. Buliran bening itu berhasil membuat ibunya bersuara. "Nisa", panggilnya pelan 

Panggilan yang terdengar lemah namun sangat berarti bagi Anisa. Dipeluknya sang ibu dan berkata, " Masih ada Nisa, Bu. Nisa akan selalu temani ibu. Nisa sayang ibu.

"Ibu sangat rindu kakak-kakakmu dan cucu-cucu ibu, nak. Ini hari raya keempat mereka tidak pulang kemari", kata sang ibu dengan linangan air mata. 

"InsyaAllah kalau pekerjaan dan urusan mereka sudah selesai pasti mereka langsung kesini kumpul sama kita. Kan mereka juga kadang telepon Nisa menanyakan kabar ibu", jawab Anisa.

"Sudahlah nak. Mungkin mereka sudah lupa sama ibu. Lupa wanita yang sudah bau tanah ini", ucapnya lirih.

"Jangan ngomong gitu, Bu. Nisa yakin mereka semua peduli dan sayang sekali sama ibu. Buktinya....". Belum sempat Anisa melanjutkan ucapannya, sang ibu tiba-tiba menyela. 

"Mereka rutin kirim uang? Telepon? Ibu cuma ingin mereka datang. Ibu ingin peluk. Ingin kumpul. Ingin makan bareng. Ingin ngobrol dan becanda bareng. Tertawa dan mengusap wajah mereka saat tidur. Hanya itu nak. Sebentar juga tak mengapa. Asalkan kehadiran mereka nyata. Ibu tahu mereka sibuk. Punya tanggung jawab lain. Tapi sesibuk apa sampai-sampai hari rayapun enggan datang? Sejauh apa rumah tua ini hingga kaki mereka tak kunjung sampai di depan pintu?" Ada sedikit nada emosi saat sang ibu mengungkapkannya. Bersamaan itu pula air matanya kian deras berjatuhan. 

Anisa tak kuasa mendengar keluhan ibunya yang ia pun sebenarnya menyetujuinya. Selama ini ia berusaha semampunya agar sang ibu selalu bahagia walau kakak-kakaknya sudah jarang mengunjungi mereka. Air mata segera menyeruak keluar, melihat kepiluan dan rasa rindu tak bersambut sang ibu yang sudah lama dipendamnya. 

"Bu, kita khusnudzon aja. Mungkin memang mereka belum punya kesempatan dan waktu yang tepat untuk datang kemari". Anisa berusaha meredam luapan emosi pilu ibunya. 

"Kapan waktu yang tepat itu, nak? Saat napas terakhir ibu? Atau saat tubuh tua ini sudah terbujur kaku? Sepenting itukah bisnis, karir dan rekan kerja mereka? Sampai-sampai wanita tua yang hanya ingin memeluk anak-anaknya ini diabaikan? Mereka dengan bangga kasih kabar berangkat haji. Tapi mengapa mereka selalu punya alasan jika diminta datang ke sini? Cukup satu hari nak. Ibu sudah senang. Apa permintaan ibu berlebihan? Apa ibu merepotkan? Seandainya saja kaki dan tubuh ini masih kuat, ibu yang akan mengunjungi untuk sekedar memeluk dan melihat mereka. 



Judul Lagu    : Your Mother
Penyanyi       : Yusuf Islam

Alasan :  
         
Lagu ini menceritakan tentang kemuliaan seorang wanita yang menyandang gelar sebagai ibu. Seorang wanita yang rela berkorban apa saja bahkan nyawanya demi anak-anaknya. Kasihnya tak berbatas. Pengorbanan dan jerih payahnya tak menuntut balasan. Hingga Rasulullah SAW sangat memuliakannya. Dan karena itu pulalah syurga berada di bawah telapak kakinya. Dunia dan seisinya ini bahkan takkan cukup membayar jasa wanita mulia itu. Namun kenyataanya, sekarang banyak orangtua terutama ibu yang terabaikan dimasa tuanya. Hidup sendirian karena anak-anaknya sudah punya kehidupan lain. Para anak beranggapan semua terselesaikan dengan kiriman uang atau suara di telepon. Mereka bak pejabat yang sulit untuk ditemui. Dan lebih mirisnya lagi, kadang kehidupan orangtua berbanding terbalik dengan anak. Anak hidup berkecukupan tapi orangtua hidup susah. 

Mari tunjukan rasa sayang dan bakti kita pada dua ibu bapak kita dengan lebih mengutamakan urusan tentang mereka diatas urusan kita yang lain. Kita tak pernah tahu sampai kapan bisa melihat senyum dan merasakan peluk hangat mereka. Karena siapapun, jika waktunya tiba, harus kembali padaNya. Jangan sampai sesal kita abadi karena pengabaian kita. 


Your Mother by Yusuf Islam

who should i give my love to?
my respect and my honor to
who should i pay good mind to?
after allah
and rasulullah
comes your mother
who next? your mother
who next? your mother
and then your father
cause who used to hold you
and clean you and clothes you
who used to feed you?
and always be with you
when you were sick
stay up all night
holding you tight
that’s right no other
your mother (my mother)
who should i take good care of?
giving all my love
who should i think most of?
after allah
and rasulullah
comes your mother
who next? your mother
who next? your mother
and then your father
cause who used to hear you
before you could talk
who used to hold you?
before you could walk
and when you fell who picked you up
clean your cut
no one but your mother
my mother
who should i stay right close to?
listen most to
never say no to
after allah
and rasulullah
comes your mother
who next? your mother
who next? your mother
and then your father
cause who used to hug you
and buy you new clothes
comb your hair
and blow your nose
and when you cry
who wiped your tears?
knows your fears
who really cares?
my mother
say alhamdulillah
thank you allah
thank you allah
for my mother.


#ONEDayonepost
#Tantangancerpen
#Inspirasidarilagu


Posting Komentar

  1. Maniiss mba Rika...jlebb bngett!

    Suddenly remembering my brother who left us. No calling, no news. Nothing.

    BalasHapus
  2. Makasih mbak hikmah. There are many around us indeed mbak. Semoga kita termasuk anak2 yang selalu sayang orangtua dan mengutamakan mereka. Aamiin

    I pray to Allah for ur brother mbak. Hopefully Allah will touch his heart n stick together with ur family

    BalasHapus
  3. 😱😱😱😱😱 keren

    BalasHapus

 
Top