2
Senin, 14 November 2016, jarum jam saat itu sudah menunjuk ke angka 09: 10. Itu artinya dalam 20 menit kedepan kelas akan berakhir. Murid-murid pun sudah mulai kelihatan lelah dan bosan dengan kegiatan belajar mereka. Materi pelajaran yang tertera di agenda hari ini pun sudah di lahap habis oleh mereka sebelum jam belajar usai. Ini artinya saya harus memberi materi tambahan. Namun yang bisa membangkitkan semangat mereka kembali, yaitu "Learning with game".

Learning with game selalu membuat murid-murid sangat antusias. Sampai-sampai mereka tidak bisa diam di tempat duduk, karena saling berebut agar terpilih menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Tetapi tiba-tiba suasana ribut itu sejenak terhenti oleh suara teriakan Meisya, " Missss ada uler." Matanya melotot  dan tanganya menunjuk ke arah depan pintu.

Kami semua berhamburan ke arah Meisya. Tepat di depan pintu transparan itu, seekor ular berwarna cokelat berukuran sebesar ibu jari orang dewasa, dengan panjang sekitar satu meter, sedang merayap-rayap sambil menjulurkan lidah beracunya. Saya sangat panik. Teriak-teriak tak jelas karena bingung harus berbuat apa. Saya takut jika si ular menyelinap masuk ke kelas melalui celah di bawah pintu. Tapi ternyata saya yang paling histeris (sambil memeluk erat murid saya, Chelsea). Sedang murid-murid saya malah semakin penasaran ingin melihat lebih dekat. 

Saya pun segera menelpon office boy untuk menangani makhluk merayap yang tak di undang itu. Alhamdulillah si OB datang dengan cepat. Sambil menjinjing sebuah besi, dengan gagah berani ia hampiri sang ular. Setelah itu saya tidak berani menyaksikan pergelutan si OB vs si Ular. Hanya murid-murid yang menyaksikanya. Tak lama kemudian, si OB sudah menjinjing si ular. Akhirnya si ular tewas di tangan mas Farid, sang OB pemberani. 

#ODOP3

Bandar Lampung, 15 November 2016

Posting Komentar

 
Top