2
"Ehemm". Khaira mencoba mengatur pita suaranya agar mampu mengeluarkan kata-kata dengan sempurna.

"Fathur, itu adik miss, Khaifa. Dan bayi bersamanya itu anak miss, altaff". Suaranya sedikit tertahan. Ia sama sekali tak kuasa menatap mata Fathur. Matanya segera beralih begitu kata terakhir diucapkannya

"Miss?"Fathur menatap lemah kearah Khaira. "Don't kid me, please!" Katanya tak percaya.
"I'm not kid you. Miss serius. Sebulan kepergian kamu miss menikah dan pindah kesini karena suami ditugaskan selama dua tahun disini". Khaira menjelaskan mengapa ia bisa berada di Brunei.

Fathur hanya terdiam. Di wajahnya tergambar jelas rasa kecewa dan penyesalan. "Miss Khaira tau? Waktu saya coba menghubungi miss waktu itu adalah untuk bilang kalau saya ingin miss menunggu saya sampai saya pulang lagi ke Indonesia. Saat itu hanya satu kalimat yang ingin saya ucapkan, bahwa saya mencintai miss Khaira", kata Fathur.

Khaira terhenyak kaget dengan apa yang baru saja di dengarnya. Tanpa terasa buliran bening dua bola matanya jatuh perlahan. "Kenapa? Kenapa kamu ga pernah utarakan itu saat kita bersama? Kenapa kamu sembuyikan rasa itu?" Ia mencecar Fathur dengan pertanyaan.

"Miss, sejak awal saya sudah bisa rasakan bahwa miss jatuh hati pada saya. Kita merasakan hal yang sama. Namum rencana studi S2 ke Brunei mengurungkan niat untuk mengutarakan gejolak di hati ini. Rasa di hati miss pada saya membuat saya yakin untuk menyimpannya hingga saya kembali. Namun ternyata saya tak sanggup pergi tanpa meninggalkan sebait kata tentang rasa ini pada miss", kata Fathan.

Khaira terdiam seribu bahasa. Dalam batinnya ia berkata, "apa karena itukah aku terus memikirkanmu? Jantungku berdegup kencang saat bersamamu? Karena kau punya rasa di hati untukku? Ah..Fathur, mengapa kau hadir kini dengan semua realita itu?"

Mereka sama-sama membisu. Fathur terus menatap Khaira yang sejak tadi memalingkan wajahnya. Ia tak sanggup menatap dua bola mata sang murid yang kini sedang mengungkapkan fakta hatinya. Ditariknya napas dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan. Ia mencoba menenangkan dirinya.

"Miss memang jatuh hati saat itu. Namun sikap kamu membuat miss bekerja keras untuk menyingkirkan perasaan yang terus menggoda pikiran tentang kamu. Lagipula saat itu miss sedang menjalin hubungan jarak jauh dengan seseorang. Miss berusaha keras meyakinkan hati untuk tidak menghianati hubungan itu. Dan kepergian kamu akhirnya membuat miss berhasil mempertahankannya".

Fathur mencoba menguatkan dirinya. Status Khaira yang kini sudah menjadi istri orang lain itu benar-benar menyesakkan dadanya.

"Miss ingat kata-kata terakhir saya waktu pamitan? Saat itu sebenarnya saya sedang mencoba mengisyaratkan perasaan saya", ujarnya.
"Kata-kata seperti itu biasa diucapkan saat perpisahan. Jadi bagaimana miss bisa paham?" Balas Khaira

Ditengah obrolan pengungkapan fakta diantara Fathur dan Khaira, Khaifa dan Altaff menghampiri mereka.

"Kak, pulang yuk, sudah mau maghrib. Kak Fathan barusan telepon katanya ponsel kakak ga diangkat-angkat. Dia sudah pulang". Ajak Khaifa

Khaira melirik ponsel di sampingnya. "Astaghfirullah...13 panggilan tak terjawab". Fathur, maaf miss harus segera pulang", kata Khaira
"Boleh saya berkunjung ke rumah miss? Saya ingin bersilahturahmi dengan keluarga miss", pinta Fathur.

Khaira tak langsung merespon pertanyaan itu. Apa yang ingin kamu lakukan? Batinnya. Khaira melirik kearah Khaifa, "ehmm, Fathur kenalin ini Khaifa, adik miss dan ini Altaff putra miss". Khaira mempertegas kembali ucapannya tadi.

Mereka saling berkenalan. Fathur terus mendesak Khaira menjawab iya atas pertanyaanya tadi. Namun, setelah perkenalan itu Khaifa berkata, "Main ja ke rumah. Kami senang kalau ada tamu sebangsa setanah air". Khaifa tersenyum hangat.
"Terimakasih, besok sepulang kuliah pagi insyaAllah saya singgah", kata Fathur.

(Bersambung)

#OneDayOnePost
#TantanganCerbung


Bandar Lampung, 29 Desember 2016





Posting Komentar

 
Top