Akhirnya masa tugas Fathan di Brunei telah tertunaikan dengan baik. Sehingga ia dan keluarga kecilnya bisa kembali menghirup udara tanah air yang sering mereka rindukan.
"Alhamdulillah sayang, kita bisa pulang ke Indonesia minggu depan setelah semua berkas aa selesaikan". Fathan pulang dengan kabar bahagia itu.
"Alhamdulillah, tapi bukannya masih satu bulan lagi masa tugasnya ya a?" Kata Khaira
"Iya neng, seharusnya begitu. Tapi karena aa bisa menyelesaikan proyek ini lebih awal, jadi perusahaan mengizinkan aa kembali lebih cepat". Fathan menjelaskan pada istrinya.
Fathur turut serta mengantar Khaira dan Fathan ke bandara.
"I'm alone again. Rasanya bakal sepi ga ada kalian lagi disini", kata Fathur.
"Cie...yang ngerasa kesepian ditinggal sendiri disini. Sepi ga ada kami atau ga ada Khaifa? Udah sabar aja. Kan bulan depan kuliah selesai". Fathan menggoda Fathur.
"Ihhh...kak Fathan ngomongnya ngelantur deh", Khaifa salah tingkah kerena namanya disebut-sebut.
Fathur hanya tersenyum namun mengisyaratkan pembenaran atas ungkapan Fathan. Ya, ia memang tertarik dengan Khaifa. Kedekatannya dengan keluarga itu telah membantunya mengenal sosok Khaifa lebih jauh. Ia menemukan kecocokan dengan adik sang guru. Walaupun perasaan hati itu belum diungkapkannya pada sang wanita, namun gesture dan cara mereka berdua saat berbicara menunjukan bahwa keduanya saling tertarik. Bahkan Khaifalah yang kerap menemani Fathan dalam beberapa kesempatan.
"Dihh yang salah tingkah? Sepertinya kalian butuh waktu berdua dulu nih sebelum pesawat take off. Siapa tahu ada yang mau diutarakan gitu". Kali ini giliran Khaira yang menggoda mereka.
"Yuk ah a kita nunggu disana. Kasih mereka waktu sebentar". Khaira mengajak sang suami berpindah ketempat lain.
Fathur dan Khaifa masih saling diam. Padahal kini hanya mereka berdua saja. Sepertinya dua sejoli itu saling menunggu satu sama lain untuk memulai pembicaraan. Tetapi akhirnya mereka bersuara juga. Dan kekakuan diantara mereka terkikis tatkala mereka bersuara bersamaan.
"Terimakasih sudah jadi sahabat terbaik selama disini. Dan terimakasih karena kamu sudah membuat hidupku lebih bermakna", kata Fathur
Khaifa hanya tersenyum. Tetapi batinnya berbisik "kok cuma bilang terimakasih?". Rupanya ia menunggu Fathur mengucapkan sebait kata bermakna selain terimakasih.
"Hmmm...kamu tahu film Syurga yang di Rindukan? " Tanya Fathur.
Khaifa hanya menggeleng. Karena ia memang kurang mengikuti film-film seperti itu. Ia lebih suka anime atau fim-film produksi asing seperti Harry potter, Lord of the Ring, dan film-film produksi marvel.
"Disitu ada sebuah adegan dimana seorang ayah menyuruh anaknya pergi ke hutan mencari ranting yang bagus. Nah satu anak menemukan sebuah ranting dan diambilnya. Ia tak ingin mencari lagi karena ia yakin itulah ranting terbaik baginya. Dan aku pun sama Khaifa. Aku sudah menemukan ranting itu. Jadi aku tak akan mencari lagi".
Khaira menghampiri dua insan itu. "Ehmm...punten ya Romeo and Juliet. Sepertinya obrolan kalian harus disudahi dulu. Para penumpang sudah dipanggil segera menuju pesawat".
"Ntar lanjut via telepon aja ya, Fathur. Miss sama Khaifa pamit dulu. Jaga diri baik-baik disini. Inget ada yang nungguin di Indonesia". Kembali Khaira menggoda mereka.
"Iya miss, semoga perjalanannya lancar. Doakan saya juga lancar menyelesaikan studi disini", kata Fathur.
Khaifa masih termenung dalam pesawat tersebut. Dan beberapa menit sebelum pesawat take off, ia dikejutkan dengan bunyi nada pesan dari ponselnya. Disaat dia masih menelaah ucapan Fathur tentang ranting. "Ihh kenapa ga ngomong langsung ja. Pake ranting-rantingan segala. Apa coba maksudnya". Ia membatin.
Dibukanya kunci layar ponsel itu. Rupanya ada sebuah pesan dari Fathur.
"Anna uhibbuka fillah", isi pesan dari Fathur.
Kini wajah Khaifa tampak berseri. Ia senyum-senyum sendiri sambil memeluk ponsel itu. Dan adegan solonya itu akhirnya terhenti saat Khaira menyapanya. "Hayoo kenapa ni adikku? Pesan dari siapa sih sampai segitunya dipeluk-peluk. Diihhh...gimana sih Khaira, ya pasti dari yang tadi nganter di bandara atuh", sang kaka menggoda adiknya.
Khaifa pun membalas pesan itu segera. Karena ia tahu bahwa Fathur pasti masih berada di bandara menunggu jawaban pesan yang dikirimkannya.
“Ahabbakalladzi ahbabtani lahu"(Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)
"Anna uhibbuki fillah". Jawaban atas pesan Fathur padanya.
"Alhamdulillah sayang, kita bisa pulang ke Indonesia minggu depan setelah semua berkas aa selesaikan". Fathan pulang dengan kabar bahagia itu.
"Alhamdulillah, tapi bukannya masih satu bulan lagi masa tugasnya ya a?" Kata Khaira
"Iya neng, seharusnya begitu. Tapi karena aa bisa menyelesaikan proyek ini lebih awal, jadi perusahaan mengizinkan aa kembali lebih cepat". Fathan menjelaskan pada istrinya.
*****
"I'm alone again. Rasanya bakal sepi ga ada kalian lagi disini", kata Fathur.
"Cie...yang ngerasa kesepian ditinggal sendiri disini. Sepi ga ada kami atau ga ada Khaifa? Udah sabar aja. Kan bulan depan kuliah selesai". Fathan menggoda Fathur.
"Ihhh...kak Fathan ngomongnya ngelantur deh", Khaifa salah tingkah kerena namanya disebut-sebut.
Fathur hanya tersenyum namun mengisyaratkan pembenaran atas ungkapan Fathan. Ya, ia memang tertarik dengan Khaifa. Kedekatannya dengan keluarga itu telah membantunya mengenal sosok Khaifa lebih jauh. Ia menemukan kecocokan dengan adik sang guru. Walaupun perasaan hati itu belum diungkapkannya pada sang wanita, namun gesture dan cara mereka berdua saat berbicara menunjukan bahwa keduanya saling tertarik. Bahkan Khaifalah yang kerap menemani Fathan dalam beberapa kesempatan.
"Dihh yang salah tingkah? Sepertinya kalian butuh waktu berdua dulu nih sebelum pesawat take off. Siapa tahu ada yang mau diutarakan gitu". Kali ini giliran Khaira yang menggoda mereka.
"Yuk ah a kita nunggu disana. Kasih mereka waktu sebentar". Khaira mengajak sang suami berpindah ketempat lain.
Fathur dan Khaifa masih saling diam. Padahal kini hanya mereka berdua saja. Sepertinya dua sejoli itu saling menunggu satu sama lain untuk memulai pembicaraan. Tetapi akhirnya mereka bersuara juga. Dan kekakuan diantara mereka terkikis tatkala mereka bersuara bersamaan.
"Terimakasih sudah jadi sahabat terbaik selama disini. Dan terimakasih karena kamu sudah membuat hidupku lebih bermakna", kata Fathur
Khaifa hanya tersenyum. Tetapi batinnya berbisik "kok cuma bilang terimakasih?". Rupanya ia menunggu Fathur mengucapkan sebait kata bermakna selain terimakasih.
"Hmmm...kamu tahu film Syurga yang di Rindukan? " Tanya Fathur.
Khaifa hanya menggeleng. Karena ia memang kurang mengikuti film-film seperti itu. Ia lebih suka anime atau fim-film produksi asing seperti Harry potter, Lord of the Ring, dan film-film produksi marvel.
"Disitu ada sebuah adegan dimana seorang ayah menyuruh anaknya pergi ke hutan mencari ranting yang bagus. Nah satu anak menemukan sebuah ranting dan diambilnya. Ia tak ingin mencari lagi karena ia yakin itulah ranting terbaik baginya. Dan aku pun sama Khaifa. Aku sudah menemukan ranting itu. Jadi aku tak akan mencari lagi".
Khaira menghampiri dua insan itu. "Ehmm...punten ya Romeo and Juliet. Sepertinya obrolan kalian harus disudahi dulu. Para penumpang sudah dipanggil segera menuju pesawat".
"Ntar lanjut via telepon aja ya, Fathur. Miss sama Khaifa pamit dulu. Jaga diri baik-baik disini. Inget ada yang nungguin di Indonesia". Kembali Khaira menggoda mereka.
"Iya miss, semoga perjalanannya lancar. Doakan saya juga lancar menyelesaikan studi disini", kata Fathur.
Khaifa masih termenung dalam pesawat tersebut. Dan beberapa menit sebelum pesawat take off, ia dikejutkan dengan bunyi nada pesan dari ponselnya. Disaat dia masih menelaah ucapan Fathur tentang ranting. "Ihh kenapa ga ngomong langsung ja. Pake ranting-rantingan segala. Apa coba maksudnya". Ia membatin.
Dibukanya kunci layar ponsel itu. Rupanya ada sebuah pesan dari Fathur.
"Anna uhibbuka fillah", isi pesan dari Fathur.
Kini wajah Khaifa tampak berseri. Ia senyum-senyum sendiri sambil memeluk ponsel itu. Dan adegan solonya itu akhirnya terhenti saat Khaira menyapanya. "Hayoo kenapa ni adikku? Pesan dari siapa sih sampai segitunya dipeluk-peluk. Diihhh...gimana sih Khaira, ya pasti dari yang tadi nganter di bandara atuh", sang kaka menggoda adiknya.
Khaifa pun membalas pesan itu segera. Karena ia tahu bahwa Fathur pasti masih berada di bandara menunggu jawaban pesan yang dikirimkannya.
“Ahabbakalladzi ahbabtani lahu"(Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)
"Anna uhibbuki fillah". Jawaban atas pesan Fathur padanya.
The End
#OneDayOnePost
#TantanganCerbung
Bandar Lampung, 31 Desember 2016
Asyiik...happy ending
BalasHapusHehe...iya alhamdulillah kisah ini berakhir indah
BalasHapus