6
Sang istri sangat bersyukur karena Allah telah menganugerahkan seorang suami yang sholeh, indah rupa dan akhlaknya, serta penyayang. Dialah salah satu kado terindah yang Allah berikan padanya. Disamping itu, Khaira juga merasa bersalah telah sempat menghianati pujaannya itu. Dengan pernikahan ini ia ingin menjadi seorang istri yang bisa membahagiakan sang suami dunia akhirat. 

"A, nuhun nya buat semuanya, punten nengnya teh suka nyusahin aa. Neng sayang banget sama aa. Jangan pernah tinggalin neng ya a", kata Khaira
"Hei, my princess, it's ok. Aa kan udah bilang kalau aa ga marah. Tapi aa juga minta ini yang terakhir neng sedih. Aa janji akan selalu buat neng tersenyum". Ditatapnya sang istri dengan hangatnya.

"Senyum atuh sayang". Fathan menarik kedua pipi Khaira dengan lembut, membuat sang princess tersenyum.
"Mau aa bacain Ar-Rahman?" Kebiasaan Fathan dikala sang princess dilanda gundah gulana, sedih atau didera masalah.

Dengan lengkungan manis bibirnya, Khaira mengangguk cepat menyetujui tawaran suaminya. Sang suami hafidz Quran itu pun segera memulai lantunan indah kalamullah itu dengan ta'awudz dan basmallah. Dengan khidmat dan merdu ia bacakan surah indah itu. Surah inilah yang selalu menjadi pengingat Khaira akan besarnya limpahan kasih sayang Allah padanya.

"Fabiayyi aalaa irrobbikuma tukadzibaan". Khaira mengikuti lantunan suaminya saat ayat ke tigabelas didengarnya.
"Sodaqallahuladziim". Fathan selesai membaca surah ke 55 tersebut.
"Gimana neng?"
"Alhamdulillah, nuhun nya a, nikmat Allah memang luar biasa". Jawab sang istri.

*****

"Aa berangkat kerja dulu ya. Neng ga apa-apa kan aa tinggal bentar?" Tanya sang suami
"Iya a, semangat ya. Semoga barokah dan semua dilancarkan. Aamiin". Jawab sang istri
"Aamiin. Besok kan holiday, kita jalan-jalan keliling negeri ini". Janji Fathan pada istrinya.

Rupanya kejenuhan mulai merasuki Khaira yang sendirian di rumah. Jam di dinding sudah menunjuk ke angka 13:20. "Hmmm...aa ko ga ada kabarnya? Apa aa sibuk?" Batinnya.
Diliriknya lagi jam di dinding itu, "kalau disini jam 13:20, berarti di Jakarta jam 12:20, jam istirahat". Bisiknya dalam hati

Perbedaan waktu antara Brunei dan Indonesia memang hanya terpaut satu jam. Khaira pun berinisiatif membunuh jenuhnya dengan mencoba menghubungi mamanya, namun sayang, nomor yang ditujunya sedang tidak aktif. Kemudian dikirimnya pesan chat ke beberapa teman di akun sosialnya. Lagi-lagi ia harus kecewa karena beberapa merespon sedang sibuk, sedang ada urusan, dan beberapa belum dibaca sang penerima.

Sempat terpikir olehnya untuk menghubungi sang suami. Tetapi ia takut mengganggu. Ingin pergi keluar, masih belum berani. Akhirnya ia pasrah membiarkan rasa jenuh menggelayuti dirinya. Dan biasanya, sang penebar ceria dan obat jenuh akan hadir disaat-saat seperti ini. Benar saja, tiba-tiba ada panggilan video call masuk di telepon seluler Khaira.


#OneDayOnePost
#TantanganCerbung


Bandar Lampung, 16 Desember 2016


Posting Komentar

 
Top