5
Hari-hari berikutnya Khaira mulai merasa nyaman dengan kelas baru itu. Murid-muridnya sangat antusias dan suasana kelas cenderung kondusif, padahal jumlah mereka yang over crowded itu sangat rentan terciptanya kebisingan. Namun tidak untuk kelas ini. Mungkin karena mereka juga rata-rata berusia dewasa.

Kelas itu sudah berjalan dua pekan. Dan saat selesai kelas sore itu, Fathur tidak beranjak dari kursinya. Padahal sang guru telah mempersilahkan murid-muridnya pulang. Ia menghampiri gurunya yang tengah membenahi peralatan mengajarnya.

"Miss ada waktu?" Sapaannya menghentikan langkah Khaira.
"Saya mau bahas materi yang belum saya ngerti", lanjut Fathan.
"Mau bahas yang mana?" Sang guru kembali duduk.

Hanya mereka berdua di kelas itu, dan duduk berhadapan. Fathur semakin mendekatkan kursinya saat sang guru menjelaskan materi yang ada dibukunya. Hal ini membuat Khaira sedikit tidak nyaman, karena walau bagaimanapun, mereka adalah dua orang dewasa yang bukan muhrim. Rasa khawatir mulai menghinggapi pikirannya. Ia takut terjadi fitnah jika ada yang melihat mereka berdua dengan posisi seperti itu di kelas yang seharusnya sudah kosong itu. Khaira segera berdiri untuk membuatnya lebih nyaman. Walaupun ia harus berusaha keras untuk bisa menangkap isi tulisan di buku Fathur. 20 menitan berlalu dan akhirnya panggilan maghrib mengakhiri sesi tambahan itu.

"Thanks miss, besok-besok bolehkan saya belajar sama miss lagi?" Tanya Fathur sebelum undur diri.
"InsyaAllah," jawab Khaira.

Sejak saat itu Fathur sering mengirimkan pesan ke ponsel Khaira menanyakan pelajarannya. Kadang hanya sebuah pesan pemberitahuan bahwa ia terlambat datang karena suatu hal. Setiap usai kelas sang murid selalu meminta sang guru meluangkan waktu untuk bisa belajar bersama. Hal ini akhirnya menjadikan mereka akrab dan mulai saling bercerita tentang hal-hal yang tak berkaitan dengan pelajaran.

Tiga bulan sudah kedekatan sang guru dan murid itu terjalin. Khaira mulai merasakan ada perasaan aneh yang kerap muncul saat dirinya bersama Fathur. Apalagi saat Fathur menatapnya saat berbicara atau saat di kelas ketika ia sedang menjelaskan. Detak jantungnya berirama tak menentu namun ia juga merasakan senang yang sulit ia lukiskan. "Mungkinkah?" Batinnya

Khaira berusaha mengusir tanda tanya di benaknya tentang perasaanya itu. Namun ia juga tak bisa begitu saja menyangkal jika degup jantung anehnya saat berhadapan dengan pemuda itu telah berhasil membuatnya uring-uringan. Di kelas, Fathur sering menatap Khaira bak tatapan mata elang, tajam, dalam, tak berkedip (bahkan saat sang guru tak sengaja melihat ke arahnya). Hal itu sukses membuat sang wanita salah tingkah. Tetapi hal ini berbeda jika hanya mereka berdua. Fathur selalu tersenyum hangat jika bertatapan (tatapannya tetap dalam tapi menghangatkan relung jiwa). Ia juga terlihat lebih ceria. Dua kondisi inilah yang membuat Khaira bingung, apa yang sebenarnya dipikirkan Fathur tentangnya? Mengapa sikapnya berbeda saat di kelas dan saat berdua saja?

Ternyata kedekatan mereka telah mengundang tanda tanya besar diantara rekan sekantor Khaira. Karena menurut mereka hal itu tak lazim. Ditambah sikap keduanya yang tidak seperti guru dan murid.

(Bersambung)


#OneDayOnePost
#CerbungPart3

Bandar Lampung, 8 Desember 2016

Posting Komentar

 
Top