2
Hari itu Fathur mengirim sebuah pesan (ba'da dzuhur).

"Miss, hari ini saya izin. Ada acara bakti sosial yang harus saya urus, dan mungkin sampe malem." 

Biasanya Khaira segera membalas pesan Fathur, namun tidak kali ini. Seperti ada yang merenggut semangat darinya. Karena tidak mendapatkan balasan, sang murid pun mengirimkan pesan berikutnya hingga beberapa kali. 

"Miss? Ga apa-apa kan saya izin hari ini? Bunyi pesan selanjutnya. Namun tetap tak berbalas. 

Beberapa menit kemudian, masuk pesan berikutnya dari Fathur. "Gimana kalau besok saya temuin miss buat belajar bareng?"

Pesan terakhir ini berhasil menggerakkan jari-jari Khaira menari di atas abjad di layar sentuh ponselnya. 
"InsyaAllah bisa, maaf baru bales, tadi miss sibuk", kata sang guru menutupi sikap tak acuhnya pada pesan pertama Fathur.

Sosok Fathur, pemuda lulusan pesantren yang kini berstatus muridnya  itu terus bergentayangan dalam pikiran Khaira. Kadang ia sering senyum-senyum sendiri. Namun, saat itu tiba-tiba ia terdiam, tergambar raut sedih diwajahnya, dan sepertinya ia teringat akan sesuatu. Ya, Khaira teringat Fathan, pemuda yang selama lima tahun ini telah berbagi suka dan duka dengannya. Dialah satu-satunya yang bisa membuat Khaira tersenyum. Sikap dan tutur katanya yang lembut selalu menenangkan baginya.

Sejak kelulusan dari Universitas Padjajaran tiga tahun yang lalu, mereka terpaksa menjalani long distance relationship (LDR). Fathan tetap di kota kelahirannya, Bandung, dan telah mendapatkan sebuah pekerjaan yang sangat bagus di sebuah perusahaan komunikasi. Sedangkan Khaira memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengajar di sebuah lembaga bahasa asing terkemuka. Sebelum menjalani LDR itu mereka sudah saling berkomitmen. Fathan berjanji bahwa dalam dua atau tiga tahun kemudian ia akan segera meresmikan hubungan mereka, menjadi satu esensi jiwa dalam sebuah ikatan suci pernikahan. 

"Astaghfirullah, mengapa aku seperti ini? Aku telah gagal menjaga hatiku untuk Fathan. Mengapa muncul perasaan ini pada Fathur? Dia muridku dan tak pernah menyatakan cinta padaku." Batinnya penuh penyesalan dan meneteslah setitik air matanya. 

Khaira mulai menyadari bahwa kehadiran Fathur telah sedikt membuatnya lupa akan Fathan. Namun ia juga tidak bisa menyangkal jika sosok Fathur yang sopan dan mempunyai tatapan serta senyum hangat itu telah memikat hatinya. Ia berusaha menyingkirkan semua bayangan tentang pemuda itu. Sekuat tenaga membujuk pikirannya agar membuang semua hal tentang Fathur. Sulit memang, karena ternyata ia telah terpesona dengan sikap dan perlakuan sang murid padanya. 

"Arrggghh". Khaira berteriak dan mulai uring-uringan lagi. 

(Bersambung)

#OneDayOnePost
#TantanganCerbung


Bandar Lampung, 9 Desember 2016

Posting Komentar

 
Top